Oleh : Andi Sardono
Jika kita berkesempatan berdiskusi dengan saudara – saudara kita dari kalangan Protestan, maka salah satu hal yang paling sering dipertanyakan kepada kita adalah tentang peristiwa transsubstansiasi atau peristiwa perubahan hakiki dalam hal substansi dari roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Penggunaan istilah transsubstansiasi sendiri diperkenalkan dalam Konsili Lateran IV pada tahun 1215 dan dan dipertegas lagi oleh Bapa Suci kita dalam Ecclesia de Eucharistia seperti akan dibahas dalam tulisan ini.
Beberapa pandangan sesat tentang transsubstansiasi berasal dari beberapa denominasi Protestan seperti misalnya :
1. Denominasi Zwingli dan Calvin yang percaya bahwa Kristus hadir hanya dalam lambang roti dan anggur.
2. Denominasi Luther percaya akan kon – subtansiasi di mana Ekaristi adalah sekaligus tubuh dan darah, anggur dan roti.
3. Denominasi Melancthon percaya bahwa Ekaristi kembali menjadi roti dan anggur sesudah komuni.
Terdorong akan fenomena di atas, maka GerejaNYA mengeluarkan ensiklik berjudul “Ecclesia de Eucharistia” yang berarti “Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja” dan mengadakan Konsili Trente pada tahun 1551 untuk menanggapi pandangan sesat di atas. Dalam salah satu Dekrit Trente yaitu Ajaran tentang Kurban Misa Kudus dinyatakan bahwa : “ dalam Sakramen Ekaristi Maha Kudus, setelah konsekrasi roti dan anggur, Tuhan kita Yesus Kristus, sungguh Allah dan sungguh manusia secara nyata, sungguh benar, dan pada intinya hadir dalam rupa realitas yang kelihatan itu. Tidak ada pertentangan dengan kenyataan bahwa Juru Selamat kita senantiasa duduk di sebelah kanan Bapa di Surga menurut kodrat keberadaanNYA, dan bahwa, meskipun demikian, dalam substansiNYA, Dia hadir secara sakramental bagi kita di banyak tempat lain juga.”
Beberapa point penting yang dapat kita petik dari ensiklik “Ecclesia de Eucharistia” adalah sebagai berikut :
1. “ Pada setiap perayaan Ekaristi, kita dibawa kembali kepada Trihari Paskah : kepada Peristiwa malam hari Kamis Putih, kepada Perjamuan Terakhir dan kepada apa yang menyusulnya. Dasar Ekaristi mendahului secara sakramental peristiwa yang bakal terjadi, dimulai dari Sakrat Getsemani. ” (Ensiklik No. 3).
2. “ Merenungkan Kristus berarti mampu mengenaliNYA di mana pun Ia nampak, dalam pelbagai wujud, tetapi terutama dalam Sakramen hidup dari Tubuh dan DarahNYA. Gereja hidup dari Kristus Ekaristi, disuapi olehNYA, dan beroleh kecemerlangan dariNYA. Ekaristi adalah sekaligus misteri Iman dan misteri Terang. Setiap kali Gereja merayakan Ekaristi, maka dalam salah satu cara umat dapat merasakan kembali pengalaman kedua murid yang berjalan ke Emaus – “Mata mereka terbuka dan mengenali Dia.” (Ensiklik No. 6).
3. “ Peristiwa perubahan hakiki dalam hal substansi dari roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus dinamakan sebagai Peristiwa Transsubstansiasi. Sehingga wujud, rasa, dan bau roti dan anggur tetap sama atau tidak berubah dalam karakteristiknya, tetapi substansinya berubah, yaitu menjadi Tubuh dan DarahNYA. ” (Ensiklik No. 15).
Selain beberapa point di atas, sangat patut kalau kita merenungkan juga keseluruhan misteri yang diabadikan dalam Ekaristi Kudus dan kurban Kudus Misa sebagaimana ditampilkanNYA dalam Perjamuan Terakhir, yaitu bahwa Yesus tidak hanya sekedar memberikan roti dan anggur yang telah diberkatiNYA kepada para rasulNYA. Lebih dari itu, Kristus Yesus memberikan diriNYA seutuhnya (yaitu Tubuh, Darah, Jiwa, dan Ke – Allah – anNYA) kepada umat manusia yang dicintaiNYA.
Setelah usai dengan Perjamuan Terakhir sebagaimana kita ikuti pada malam Kamis Putih, keesokan harinya, Yesus sudah tergantung di atas kayu salib seperti kita ikuti pada Perayaan Jumat Agung dan darahNYA yang mengucur deras dari kayu salib dicurahkanNYA dengan sehabis – habisnya untuk menghapus dosa – dosa kita.
Sungguh mengagumkan. Kristus Yesus sebagai PutraNYA menunjukkan cinta Bapa kepada manusia dengan mempersembahkan kurban penghapus dosa yang sempurna, yang tidak lain adalah DiriNYA sendiri sebagai kurban dimaksud. Patut pula kita ketahui bahwa kurban Kristus adalah kurban yang memberikan hidup yang kemudian menjadi perjanjian yang sempurna dan kekal atas hidup dan cinta dengan Allah yang dimeteraikan oleh Kristus Yesus, Tuhan kita.
Begitu agung dan luhurnya warisan Kristus itu sehingga tidak berlebihan jika GerejaNYA selalu mengagungkan harta pusaka ini sebagaimana terwujud dalam setiap Perayaan Ekaristi.
Di samping uraian dari ensiklik di atas, keyakinan kita akan Ekaristi Kudus juga berakar dari pernyataan Kristus sendiri sebagaimana tertulis dalam Injil St. Yohanes 6:51.53 – 57 : “ Akulah roti hidup yang telah turun dari Surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama – lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darahNYA, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab, dagingKu adalah benar – benar makanan dan darahKu adalah benar – benar minuman. Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.”
Kini, sudah selayaknya jika kita berdoa memohon rahmat kepadaNYA agar kita beroleh percaya lebih teguh setiap hari akan karunia Kristus sendiri yang amat berharga ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar