Oleh : Andi Sardono
Demam Facebook sudah merambah ke mana - mana, tak terkscuali merambah mulai dari ruangan kecil mungil seperti misalnya kamar kost yang dipasangi hot spot hingga ke ruangan kerja para eksekutif perusahaan swasta ternama. Kehadirannya pun boleh dibilang sangat cepat, bahkan mengungguli para pesaing utamanya seperti Friendster, Yahoo Messenger, dan portal - portal sejenisnya.
Ibarat pedang bermata dua, kehadiran Facebook di satu sisi dapat mendatangkan manfaat tapi di sisi lain dapat pula mendatangkan kerugian, terutama jika penggunaan jejaring Facebook dilakukan di sela - sela waktu pekerjaan di kantor yang tentunya menuntut kinerja maksimal dari para pegawai di suatu kantor.
Sudah banyak terjadi kasus di mana pimpinan suatu kantor menegur para karyawannya ketika dia memergoki para karyawannya bukannya bekerja malah asyik ber - Facebook ria. Bahkan, yang lebih parah lagi, ada seorang karyawan perusahaan swasta sampai rela berangkat kerja ke kantornya yang terletak di kawasan Mangga Dua lebih pagi (sekitar pukul 05.00 WIB) hanya untuk dapat membuka Facebook untuk berchatting ria atau berselancar di jaringan internet lainnya. Padahal, sebelum ada Facebook, dia biasa berangkat kerja pada pukul 06.00 WIB.
Apakah hanya itu dampaknya? Tidak juga, tapi masih lebih banyak lagi, di antaranya mulai dari kasus KDRT alias Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang menimpa seorang istri ketika suaminya mendapati sederet komentar yang masuk ke Hp dan komputer milik istrinya melalui jaringan Facebook dan YM.
Itu tadi adalah dampak bagi kehidupan orang dewasa. Sedangkan, lain pula yang dialami oleh kalangan remaja kita. Mereka lebih menyukai duduk di depan komputer yang telah dipasangi internet daripada harus bangkit berdiri untuk menemui keluarga sekedar bercengkrama melepas lelah sepulang bersekolah atau selepas beraktivitas di luar rumah.
Jika kita dapat mengambil manfaat dari kehadiran Facebook atau situs internet lainnya, maka sudah sepatutnya kita memberi apresiasi yang setinggi - tingginya terhadap kehadiran Facebook itu. Tapi, jika tidak dapat, maka sebaiknya kita melatih diri kita untuk bersikap bijaksana dalam memanfaatkan teknologi internet agar interaksi sosial kita dengan dunia sekitar kita tidak terkontaminasi oleh kehadiran teknologi internet itu (dalam hal ini, tentunya yang saya maksud adalah Facebook itu sendiri).
Dari sisi kebijakan Pemerintah, mungkin perlu kiranya dibuat suatu rambu atau aturan yang fleksibel dalam mengantisipasi dampak negatif kehadiran wabah Facebook itu. Kita bersyukur bahwa ada UU ITE yang diharapkan dapat digunakan dengan sebaik - baiknya oleh para pengambil kebijakan di negeri ini dan tidak disalahgunakan oleh segelintir orang untuk memasung kebebasan berpendapat di negeri kita.
Bagaimana dengan Anda? Sudah siapkah Anda dengan kehadiran Facebook ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar