Oleh : Andi Sardono
Panas yang menyengat terasa sekali membakar kulit saya yang memang sudah hitam legam akhir - akhir ini. Gak percaya? Coba saja Anda berjalan - jalan di pinggiran jalan raya Kota Jakarta (di mana aja, yang penting masih di seputaran Kota Jakarta).
Saya jadi teringat akan isu yang sedang hangat dibicarakan di tingkat dunia sekarang ini (bahkan, tidak kalah hangatnya dibandingkan dengan pemberitaan seputar dugaan keterlibatan Ketua KPK Antazari Azhar dalam pembunuhan Nazruddin Zulkarnaen dan berita seputar KDRT yang diduga menimpa Manohara Odelia Pinot), yaitu tentang Global Warming (bukan "Gombalnya Mbok Ning" lho ya, he..he..he..)
Di tengah semakin meningkatnya suhu di permukaan bumi akhir - akhir ini, mungkin gak ada salahnya kalau kita semakin menggalakkan Gerakan Menanam Pohon, minimal 1 (satu) orang diharapkan mau menanam 1 (satu) buah pohon. Kalau gak bisa menanam di pinggir jalan raya (karena ya gak mungkinlah,he..he..he..kecuali mungkin kalau kita mengantungi ijin dari Dinas Pertamanan Propinsi atau Kabupaten/Kotamadya setempat), ya marilah menanam di halaman rumah kita sendiri.
Ini saya sampaikan bukan karena saya dan istri gemar menanam dan merawat tanaman di halaman rumah kami, lho ya. Tapi, semata - mata demi terciptanya dan terjaganya udara bersih di udara di mana pun kita berada. Pernah lihat film - film produksi Hollywood yang mengambil setting tahun 2032 atau puluhan tahun ke depan gak? Di film - film itu, digambarkan bahwa kondisi dan situasi Bumi jauh berubah. Tidak ada lagi tanaman atau tumbuh - tumbuhan yang hidup di bumi ini. Yang ada hanya tanah gersang di mana - mana, lengkap dengan manusia dan robot yang berseliweran di sana - sini. Udara bersih menjadi sangat langka, karena suplai udara bersih disediakan oleh sebuah mesin besar bertenaga raksasa yang menjamin ketersediaan udara bersih untuk beberapa waktu lamanya bagi seisi penduduk sebuah kota. Kebayang gak, bagaimana jika seandainya mesin penyedia udara bersih nan instan itu tiba - tiba ngadat karena kehabisan bahan bakar atau salah satu komponennya aus karena dipaksa selama 24 jam nonstop 7 hari seminggu 31 hari sebulan dan 365 hari setahun harus hidup terus untuk "menghidupi" orang - orang yang tinggal di kota itu.
Makanan yang didapat pun bukan berasal dari tumbuh - tumbuhan segar lagi, melainkan dari proses produksi yang tentunya banyak mengandung zat - zat kimia. Air minum diperoleh dari air limbah kotoran manusia yang disuling menjadi air minum lagi (hiih..kebayang menjijikkan banget ya..)
Maka dari itu, gerakan penyelamatan muka bumi ini dari bahaya Global Warming sudah sangat mendesak dan sangat penting untuk menjadi perhatian kita semua. KTT yang telah diselenggarakan beberapa waktu lalu di Bali menghasilkan beberapa komitmen awal untuk mulai menggagas sebuah aksi bersama yang diharapkan mendapat dukungan penuh dari beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat yang tergabung dalam sebuah kelompok negara industri.
Lantas, apa bentuk dukungan kita sebagai bagian dari warga dunia yang turut menghuni bumi tercinta ini untuk mengantisipasi bahaya Global Warming itu?
Banyak sekali, di antaranya dengan memulai gerakan membuang sampah pada tempatnya (jangan sekali - kali membuang puntung rokok yang masih menyala ke atas tumpukan daun kering atau ranting kering karena dapat menyulut terjadinya kebakaran lahan), gerakan memanfaatkan sampah yang dapat diaur ulang menjadi produk yang ramah lingkungan (ingat, sudah bukan jamannya lagi membakar sampah karena hanya menghasilkan kepulan asap sisa pembakaran sampah yang tentunya mengundang bahaya polusi udara yang ujung - ujungnya dapat merusak paru - paru), gerakan menanam pohon di sekitar kita (boleh di halaman atau di lahan kritis yang sudah tidak ada pohon atau tanaman lagi alias gundul), dan sekian banyak lagi bentuk dukungan dari kita untuk turut menyukseskan gerakan penyelamatan muka bumi dari bahaya Global Warming.
Kalangan industri pun sudah saatnya diingatkan untuk memperbaharui sistem kerja alat - alat produksi mereka yang sebelumnya hanya membuang limbah yang berbahaya menjadi pengolah limbah yang ramah lingkungan sebelum dibuang ke luar. Dengan demikian, diharapkan limbah yang ramah lingkungan tadi dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat menjadi barang - barang yang berdaya guna.
Tantangan terbesar mungkin dialami oleh negara - negara berkembang yang tentunya sangat berantusias untuk mengembangkan perekonomian negaranya dengan menggenjot sektor industri mereka, tapi di sisi lain malah mengakibatkan kehancuran bagi kelangsungan alam lingkungan di negara - negara berkembang tersebut. Maka, gak salah juga kalau kelompok negara - negara industri papan atas diminta kepedulian mereka untuk bersama - sama mengantisipasi bahaya Global Warming dengan menopang kebutuhan negara - negara berkembang untuk memajukan industri yang ramah lingkungan.
Singkat kata, kita semua perlu terus turut terlibat dalam setiap aksi antisipasi Global Warming. Kalau bukan kita, siapa lagi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar