Blog ini adalah milik saya, terbuka untuk umum (kecuali untuk makhluk luar angkasa alias UFO, he..he..he..), dapat diakses dari mana aja, kecuali dari luar angkasa itu sendiri.
Senin, 21 Desember 2009
Doa Katholik secara Latin
Pater Noster
Pater noster
qui es in caelis
Sanctificetur nomen tuum
Adveniat regnum tuum
fiat voluntas tua,
Sicut in caelo et in terra
Panem nostrum quotidianum da nobis hodie
et dimitte nobis debita nostra
sicut et nos dimittimus debitoribus nostris.
Et ne nos inducas in tentationem
sed libera nos a malo.
Amen.
Ave Maria
Ave Maria, gratia plena,
Dominus tecum,
benedicta tu in mulieribus,
et benedictus fructus ventris tui, Jesus.
Sancta Maria, Mater Dei,
ora pro nobis peccatoribus, nunc, et in hora mortis nostrae.
Amen.
Senin, 12 Oktober 2009
Peran Serta dalam Karya Pelayanan Gereja (Oleh : Andi Sardono)
Kamis, 01 Oktober 2009
Refleksi Bencana dalam Hidup Berbangsa
Maka, ketika kemudian ada sebuah diskusi mencuat ke permukaan yang membahas tentang kaitan antara pemerintahan yang berkuasa dengan datangnya bencana alam, tentu itu sungguh wacana yang menggelikan. Seolah - olah, terbentuknya suatu pemerintahan di suatu negeri turut memberi andil akan terciptanya sebuah bencana alam, mulai dari skala kecil hingga yang besar.
Walau demikian, tidak ada salahnya jika kita coba mengkaji kembali gagasan itu sebelum kemudian menjadi sebuah wacana debat kusir semata.
Kita mulai dari sejarah awal penciptaan Bumi dan seisinya oleh Tuhan YME. Dalam banyak agama dan kepercayaan yang dianut oleh umat manusia, ada satu benang merah yang dapat kita tarik bersama, yaitu bahwa Bumi tercipta melalui sebuah proses pembentukan dari Ketiadaan hingga menjadi Ada dan itu berlangsung terus selama proses pemeliharaan Bumi dan segenap isinya yang kemudian diambil alih oleh manusia. Proses pemeliharaan kehidupan di Bumi oleh segenap umat manusia itu kemudian berjalan seiring dengan tuntutan akan kebutuhan hidup manusia dari seantero dunia. Kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan telah membuka gagasan dalam diri manusia untuk memanfaatkan sebaik - baiknya segala kekayaan alam yang terkandung oleh Bumi dan seisinya.
Sayangnya, yang terjadi kemudian adalah eksplorasi dan eksploitasi besar - besaran yang dilakukan oleh manusia dengan mengatasnamakan kebutuhan duniawi yang semakin mendesak untuk dipenuhi oleh manusia. Pendek kata, umat manusia banyak yang melupakan tugas dan tanggung jawab sosial dalam memelihara keberlangsungan Bumi dan seluruh isi kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Maka, tak heran jika di kemudian hari, di banyak negara (tak terkecuali di Indonesia), ada banyak bencana alam yang menimpa umat manusia. Semua itu menuntut kita semua untuk mereflesikan bencana alam itu dengan kebijakan yang mungkin pernah kita tempuh untuk memenuhi kebutuhan duniawi. Kekayaan hutan dengan semena - mena kita sikat sementara kita tidak peduli untuk menanam kembali setiap pohon yang kita tebang. Akibatnya, hujan sedikit saja mengakibatkan tanah longsor dan banjir bandang di mana - mana.
Pasir di laut terus kita keruk untuk mereklamasi tanah di pantai demi pembangunan pemukiman mewah di tepi pantai. Akibatnya, kondisi pasir di laut cenderung labil dan itu turut memacu pergeseran posisi lempeng di lautan lepas yang berujung pada terjadinya gempa bumi.
Tanah pegunungan yang diyakini mengandung bahan tambang kita eksploitasi besar - besaran tanpa memperhatikan Amdal yang memadai. Akibatnya, kondisi alam pegunungan yang menjadi sasaran tambang berubah dari subur menjadi gersang dan rawan longsor.
Itu semua masih akan berlangsung selama kehendak bebas dari kita semua untuk mengeksploitasi kekayaan alam itu tidak kita rem atau setidaknya kita kendalikan. Parahnya, itu semua kelak menimpa orang - orang yang justru tidak bersalah.
Ini mungkin hanya sebuah tulisan pinggir, tapi semoga dapat membantu kita dalam merefleksikan situasi bencana alam di negeri kita ini. Gimana?
Salam blogger,
Andi Sardono
Cantik atau Pintar?
Salam blogger,
Andi Sardono
(Tulisan ini dimuat juga di http://andisardonossi.multiply.com dan http://andisardonossi.blogspot.com)
Kamis, 10 September 2009
PREFACE BOOK “FOUNDATIONS OF DISCRETE MATHEMATICS”
( Sumber : Foundations of Discrete Mathematics, by : Peter Fletcher, Hughes Hoyle, and C. Wayne Patty )
Selasa, 25 Agustus 2009
Pagi yang Indah nan Telat
Kamis, 23 Juli 2009
Krisis Keuangan Global dalam Refleksi Ajaran Sosial Gereja
In nomine Patris et Filii et Spiritui Sancti. Amen.
Krisis keuangan yang dialami oleh Indonesia memang diakui tidak separah yang terjadi pada tahun 1997, tapi tetap saja kondisi demikian membuat Pemerintah Indonesia merasa perlu membuat beberapa langkah antisipasi untuk menekan seminimal mungkin dampak krisis tersebut agar tidak merembet terlalu jauh ke sendi – sendi perekonomian masyarakat Indonesia. Yang lebih memprihatinkan kita semua tentunya juga adanya aksi teror bom di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton pada hari Jumat tanggal 17 Juli 2009 lalu yang turut memperburuk sektor kepariwisataan Indonesia.
Rabu, 15 Juli 2009
Hidup Setia di Bawah Penggembalaan GerejaNya
Kesaksian iman Daud itu kemudian ditegaskan kembali oleh Yesus Kristus, sebagaimana Bacaan injil hari Minggu tanggal 19 Juli 2009 yahg diambil dari Injil St. Markus 6:30 – 34. Kita bisa simak, Dia mewartakan DiriNya sebagai Gembala yang menaruh belas kasih kepada sekian banyak orang yang datang dari segenap penjuru kota di Israel untuk mengikutiNya bersama para muridNya. Dalam peristiwa itu, Yesus menggenapi apa yang pernah dinubuatkan oleh Daud dalam kutipan Mazmur tadi. Begitu melihat rombongan besar orang yang mengikutiNya dari belakang, Dia tergerak oleh rasa belas kasih dan memutuskan untuk menunda rencana semula beristirahat bersama para muridNya dan kemudian mulai mengajarkan banyak hal kepada mereka semua (orang – orang yang mengikutiNya) laksana Gembala “yang membaringkan domba – dombaNya di padang luas yang berumput hijau, yang membimbing mereka semua ke air yang tenang, yang menyegarkan jiwa – jiwa para dombaNya dan yang menuntun mereka di jalan yang benar dalam NamaNya yang Kudus,” sama persis seperti kutipan Mazmur 23:1 – 6.
Tugas penggembalaan yang dirintis dan dilaksanakan oleh Yesus Kristus tidak hanya berlangsung ketika Dia masih berada di dunia bersama para muridNya, tetapi juga ketika Dia sudah naik dan duduk di sisi kanan BapaNya pun tugas penggembalaanNya itu kemudian diteruskan oleh para Rasul Kristus yang terhimpun dalam Gereja Katholik. Hal ini terjadi setelah Dia meminta kesediaan St. Petrus (sebagai bukti cinta setia St. Petrus kepada Kristus Yesus) untuk melanjutkan tongkat penggembalaanNya sepeninggal Dia naik ke Surga (bdk Yoh 21:15 – 19).
Selanjutnya Kitab Suci mencatat, sebagai Paus Pertama Gereja Katholik, St. Petrus memimpin Konsili Yerusalem pada tahun 51 (Kisah Para Rasul 15) dan menyelesaikan perselisihan tentang Ajaran GerejaNya. Menurut Tradisi Suci, dia menggembalakan sekian banyak umat Katholik yang pada waktu itu sudah tersebar merata hampir di semua bagian daratan Asia dan Afrika.
Dalam Katekismus Gereja Katholik dijelaskan pula bahwa di bawah bimbingan Roh Kudus, GerejaNya (yang dibangun di atas dasar St. Petrus dan para Rasul Kristus) kemudian mengajarkan banyak kebenaran yang dipelajari Gereja dari para RasulNya. Secara terus – menerus, GerejaNya diajari, dibimbing, dan dikuduskan oleh Roh Kudus yang bekerja melalui pengganti para RasulNya, yaitu Dewan Para Uskup dalam persatuan utuh dengan pengganti St. Petrus sebagai Paus (Bapa Suci). Ini merupakan salah satu penjelasan mengapa Gereja Katholik mewarisi sifat Apostolik dan sekaligus membantah tudingan miring dari sementara orang bahwa dalam GerejaNya tidak ada Roh Kudus sehingga menurut mereka (segelintir orang) GerejaNya perlu diperbarui.
Sebagai umat beriman yang menerima panggilanNya untuk bersatu dalam pangkuan GerejaNya, kita semua adalah juga merupakan domba – dombaNya yang berada di bawah penggembalaan Paus Benedictus XVI sebagai penerus St. Petrus seperti halnya Paus Yohanes Paulus II dan para Bapa Suci pendahulunya.
Konsekuensi logisnya, kita pun diminta oleh Kristus Yesus untuk tetap berjalan sesuai tuntunan GerejaNya. Dalam Lumen Gentium 25 (LG 25) ditegaskan bahwa sebagai orang beriman, kita diwajibkan untuk menerima ketetapan – ketetapan yang diajarkan oleh GerejaNya (baik yang disampaikan melalui Wewenang Mengajar Gereja yang Luar Biasa maupun melalui Wewenang Mengajar Gereja yang Biasa) dengan penuh ketaatan iman, kepatuhan kehendak, dan akal budi yang suci. Sebagai domba – dombaNya, tentu kita merasa berat untuk menerima konsekuensi di atas jika kita hanya memandangnya dari sisi manusiawi kita saja. Terlebih, ada banyak tawaran di dunia berselubungkan paham atau isme yang menyesatkan bak “serigala berbulu domba” yang silih berganti menghampiri kita dan semuanya berpotensi dapat menggoyah komitmen kesetiaan kita untuk hidup jujur dan benar sebagai domba – dombaNya. Salah satu contoh konkritnya, misalnya ketika kita merasa bahwa penderitaan dan kesulitan yang kita alami di dunia ini tidak kunjung teratasi padahal kita selalu menghadiri Perayaan Ekaristi dan kemudian datang suatu paham yang menawarkan bentuk ibadat lain (dari yang selama ini kita kenal dalam GerejaNya) yang lebih mengedepankan euphoria atau heboh gegap gempita sesaat lengkap dengan iming – iming kesuksesan duniawi, maka kita cenderung untuk mengikuti paham tersebut. Lambat laun, kita menjadi malas menghadiri Perayaan Ekaristi dan lebih memilih menghadiri ibadat lain yang lebih menggiurkan atau lebih liberal dari sisi duniawi. Atau, ada juga yang menawarkan bentuk lain dari Tata Perayaan Ekaristi yang sudah ditetapkan oleh GerejaNya dengan memasukkan unsur – unsur lain dari suatu paham ke dalam Tata Perayaan Ekaristi. Ini jelas bertentangan dengan penegasan para Rasul Kristus seperti yang terangkum dalam Katekismus Gereja Katholik yaitu bahwa Kristus membagikan karunia keselamatanNya melalui Liturgi GerejaNya.
Tentu, masih banyak lagi contoh konkrit lainnya yang semuanya itu menuntut kita untuk mau bersikap waspada dan berhati – hati terhadap serbuan “serigala berbulu domba” yang coba mencerai – beraikan kita dari kumpulan domba yang terhimpun dalam GerejaNya.
Dari pihak Allah, ternyata Dia tidak meninggalkan kita sendirian berjuang menjalankan Amanat Kristus Yesus dalam GerejaNya. Dengan kasihNya yang begitu besar, Dia tidak menginginkan satu pun dombaNya yang hilang tersesat. Sesuai JanjiNya, Dia mengutus Roh Kudus kepada setiap orang yang percaya kepada Kristus dan menaati perintah – perintahNya (bdk 1 Yoh 3:23 – 24, 1 Yoh 4:13, 1 Kor 12:3, dan Kis 5:29 – 32). Dengan kata lain, Roh Kudus membimbing setiap orang untuk datang kepadaNya melalui GerejaNya.
Akhirnya, semoga pengalaman hidup yang ditunjukkan sekian banyak orang yang mengikuti Yesus bersama para RasulNya seperti kita simak dalam Injil St. Markus dan kesaksian iman para martir GerejaNya dapat membangkitkan semangat kita semua untuk bertahan hidup dalam kesetiaan iman, keteguhan harapan, dan kerelaan kasih di bawah penggembalaan GerejaNya. Amin.
Menghadapi Konsekuensi Penolakan dan Penganiayaan sebagaimana Teladan Hidup Kristus dan Para RasulNYA
Bacaan Injil hari Minggu tanggal 5 Juli 2009 yang dikutip dari Injil St. Markus 6 : 1 – 6 mengedepankan sebuah kisah penolakan yang dialami oleh Yesus Kristus ketika Dia mengawali karya perutusanNYA di tanah tempat kelahiranNYA sendiri.
Dia ditolak justru oleh orang – orang yang sedaerah denganNYA. Mereka tidak percaya akan pewartaan yang berasal dari Bapa dan memperoleh kepenuhanNYA dalam Diri PutraNYA, Yesus Kristus. Dalam benak mereka, sudah terlanjur tertanam pola pikir bahwa seorang anak tukang kayu tidak akan bisa menjadi pewarta Sabda Allah lengkap dengan mukjizat dan aneka karuniaNYA. Sungguh ironis penolakan yang dialamiNYA itu, sehingga Dia sendiri heran atas ketidakpercayaan mereka.
Rupanya, penolakan yang dialami oleh Yesus Kristus sebagai Kepala GerejaNYA, kelak juga dialami oleh para muridNYA di kemudian hari. Bahkan, mengikuti jejak Yesus Kristus yang wafat sebagai martir di atas kayu salib, beberapa dari mereka pun juga mengalami penganiayaan pada awal perkembangan GerejaNYA, sampai akhirnya wafat sebagai martir di tempat mereka berkarya menjalankan amanat Kristus Yesus. Ya, sepeninggal Kristus Yesus naik ke Surga dan setelah menerima karunia Roh Kudus dalam peristiwa Pentakosta, para RasulNYA (minus Yudas Iskariot) yang adalah Uskup – uskup Gereja Katholik yang pertama, kemudian melanjutkan karya pewartaan Kabar Gembira ke seluruh penjuru dunia.
Mereka dengan gagah berani membaptis sesuai amanat Kristus Yesus dalam Mat 28 : 19 – 20, mengarahkan dan memelihara GerejaNYA secara Satu, Kudus, Katholik, dan Apostolik (Katekismus Gereja Katholik No. 781 – 870). Walau mereka ditolak oleh kaum Yahudi, suku asal mereka, namun akhirnya hasil perjuangan mereka hingga tetes darah terakhir sebagai martir membuahkan benih – benih iman Katholik di tempat mereka berkarya. Menurut Tradisi Suci, banyak orang yang semula membenci mereka namun begitu melihat kegigihan mereka hingga wafat sebagai martir lantas berbalik kepada Allah dan memberi diri dibaptis dalam kesatuan utuh dengan GerejaNYA.
Berikut ini adalah nama – nama para Rasul Kristus sebagaimana dimaksud :
1. St. Petrus : berkarya di daerah seputar Yerusalem, Antiokhia, kemudian di Roma sebelum akhirnya wafat sebagai martir di Roma semasa kekaisaran Nero.
2. St. Andreas : berkarya di Yunani bagian Utara (Epirus dan Scythia) dan di Patras sebelum akhirnya wafat sebagai martir di Patras.
3. St. Yakobus bin Zebedeus : berkarya di daerah seputar Yerusalem dan wafat sebagai martir semasa pemerintahan Raja Herodes Agripa (Kis 12:1 – 2).
4. St. Yohanes Penginjil : berkarya di daerah Roma dan Efesus (Asia Kecil). Dia sempat diasingkan ke Pulau Patmos selama setahun atas perintah Kaisar Domitian setelah usaha pembunuhan terhadapnya yang dilakukan atas perintah sang Kaisar mengalami kegagalan.
5. St. Filipus : berkarya di daerah Phrygia sebelum akhirnya wafat sebagai martir di Hierapolis (Yunani) semasa Kaisar Domitian berkuasa.
6. St. Bartolomeus : berkarya di Etiopia, India, Persia, dan Armenia sebelum akhirnya wafat sebagai martir di Abanopolis (Tepi Barat Laut Kaspia).
7. St. Thomas Didimus : berkarya di Laut Kaspia, Parthian, Medes, Teluk Persia, dan India sebelum akhirnya wafat sebagai martir di Kota Madras, India (tempatnya sendiri bernama Carmine).
8. St. Matius : berkarya di Yudea, Etiopia, Persia, dan Parthia sebelum wafat sebagai martir.
9. St. Yudas Tadeus : berkarya di Yudea, Samaria, Idumea, Siria, Beirut, Edessa, Mesopotamia, Persia, dan Libya sebelum wafat sebagai martir di Persia.
10. St. Yakobus bin Alfeus : berkarya di Yerusalem sampai wafat sebagai martir di Yerusalem juga.
11. St. Simon : berkarya di berbagai tempat di Timur Tengah sampai wafat sebagai martir.
Selain pengalaman mereka, tentu masih banyak lagi pengalaman serupa, seperti penolakan, penganiayaan, dan pengasingan yang juga banyak dialami oleh para Kudus Allah lainnya dalam mewartakan Ajaran GerejaNYA.
Pesan yang hendak disampaikan dari pengalaman hidup para Rasul Kristus bagi kita yang sudah menerima Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma tentunya adalah agar di kala kita mengalami berbagai peristiwa pahit dalam mewartakan AjaranNYA, kita hendaknya tidak berputus asa, tetapi mampu tampil sebagai saksi akan Iman Kristiani sebagaimana diamanatkan oleh Para Rasul Kristus dan dirangkum dengan sangat tepat dalam Katekismus Gereja Katholik No. 1316, sebagai berikut :
“Krisma (Penguatan) menyempurnakan rahmat Pembaptisan. Itu adalah Sakramen yang memberi Roh Kudus, supaya mengakarkan kita lebih kuat dalam persekutuan anak – anak Allah, menggabungkan kita lebih erat dengan Kristus, memperkuat hubungan kita dengan Gereja, membuat kita mengambil bagian yang lebih banyak dalam perutusannya dan membantu kita supaya memberi kesaksian iman Kristen dengan perkataan dan perbuatan.”
Barangkali, kita tidak akan pernah wafat sebagai martir seperti perjalanan hidup para RasulNYA, tapi dengan menimba semangat dari para Kudus Allah yang rela wafat demi mewartakan AjaranNYA, setidaknya kita memiliki jaminan akan kehidupan kekal di Surga bagi setiap orang yang hidup dalam persatuan utuh dengan Kristus (1 Kor 15 : 20 – 22) sebagaimana tertulis dalam Katekismus Gereja Katholik No. 655 sebagai berikut :
“ Akhirnya kebangkitan Kristus - dan Kristus yang telah bangkit itu sendiri - adalah sebab dan dasar utama kebangkitan kita yang akan datang: "Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung... Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikianlah semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus" (1 Kor 15:20-22). Selama menantikan pemenuhan ini, Kristus yang telah bangkit hidup dalam hati umat beriman. Dalam Kristus yang telah bangkit, umat Kristen mengecap "karunia-karunia dunia yang akan datang" (Ibr 6:5) dan hidupnya dilindungi Kristus di dalam Allah Bdk. Kol 3:1-3., "supaya mereka yang hidup tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka" (2 Kor 5:15).”
Semoga...
Rabu, 24 Juni 2009
Menghargai Martabat dan Jabatan Imamat seturut Teladan dan Kesaksian Iman Para Kudus Allah
- St. Ignasius (martir) berkata bahwa imamat adalah martabat yang paling luhur dari segala martabat yang ada. Dengan kata lain, puncak segala martabat adalah imamat.
- St. Efrem berucap bahwa imamat adalah suatu martabat yang tak terhingga dan merupakan suatu mukjizat yang menakjubkan, yang agung, yang dahsyat, dan yang tak terhingga.
- St. Yohanes Krisostomos berujar bahwa walau tugas – tugas imamat dilakukan di seluruh dunia, tapi imamat sesungguhnya terhitung di antara hal – hal surgawi. Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa barangsiapa menghormati imam, berarti menghormati Kristus. Barangsiapa menghina imam, berarti pula menghina Kristus.
- Cassian berkata bahwa imam Tuhan mengungguli segala kekuasaan duniawi dan mengungguli segala kekuasaan surgawi. Imam lebih rendah hanya dari Allah saja.
- Paus Innosensius III bersaksi bahwa imam berada di antara Tuhan dan manusia; lebih rendah dari Allah, tapi lebih tinggi dari manusia.
- St. Dennis berkata bahwa imam adalah manusia ilahi, sehingga imamat adalah suatu martabat ilahi.
- St. Maria dari Oignies sangat menghormati martabat imamat, sehingga ia tak segan – segan mencium tanah yang dilewati oleh para imam.
Melalui GerejaNYA, Allah telah memilih para imamNYA untuk menyelenggarakan segala urusan dan perhatianNYA di dunia ini, sehingga St. Sirilus dari Alexandria berkata bahwa jabatan yang dipercayakan kepada para imam adalah sungguh ilahi. Bahkan, St. Ambrosius menyebutkan jabatan imamat sebagai profesi ilahi. Allah telah menetapkan para imamNYA sebagai pelayan untuk menjadi duta umum bagi GerejaNYA, untuk menghormatiNYA, dan untuk memohonkan rahmat – rahmat dari Allah bagi segenap umat beriman. Tanpa kehadiran seorang imam, GerejaNYA tidak dapat mempersembahkan penghormatan kepadaNYA sebesar Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh para imamNYA. Tanpa imam, persembahan GerejaNYA hanya berarti sebagai persembahan kurban hidup segenap manusia. Bandingkan dengan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh seorang imam sebagai wujud penghormatan kepada Tuhan yang jauh lebih besar dari semua yang telah diberikan (maupun yang akan diberikan) kepada Tuhan oleh segenap para Malaikat dan para KudusNYA (bersama St. Perawan Maria). Mengapa? Karena sembah sujud mereka tidak memiliki nilai yang tak terhingga dibandingkan dengan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh imamNYA kepada Tuhan di altar GerejaNYA.
Kuasa imam atas Tubuh Nyata Kristus berkaitan erat dengan pendarasan kata – kata konsekrasi oleh para imam GerejaNYA. Inkarnasi SabdaNYA membuat Kristus Yesus taat dan datang ke dalam tangan – tangan para imam dalam rupa Sakramental. Ketika imam berucap “HOC EST CORPUS MEUM”, Kristus hadir dan turun ke atas altar dalam Tubuh dan DarahNYA. Para imam dapat dengan leluasa memindahkan Tubuh dan DarahNYA dari satu tempat ke tempat lainnya, membagikanNYA kepada segenap umat yang hadir dalam Perayaan Ekaristi, mengunciNYA dalam tabernakel, mentahtakanNYA di atas altar atau membawaNYA keluar untuk dibagikan kepada umat beriman yang terbaring lemah karena sakit. Tentang hal ini, St. Laurensius Justinian berkomentar, ”Oh, betapa amat dahsyat kuasa mereka.”
Dalam Sinode Chartres tahun 1550, jabatan imamat disebut kursi para Kudus. Mereka disebut sebagai Vikaris Yesus Kristus, sebab mereka menduduki tempatNYA di dunia. Kepada para imam, St. Agustinus berkata, ”Kalian menduduki tempat Kristus, sebab itu kalian adalah wakilNYA.” Dalam Konsili Milan, St. Carolus Borromeus menyebut para imam sebagai wakil pribadi Tuhan di dunia. Sebelum dia, para rasul berkata, “Bagi Kristus, kami adalah utusan – utusan; Tuhan seolah didesak oleh kami. Ketika Dia naik ke surga, Yesus Kristus memberikan tempatNYA di dunia kepada para imamNYA sebagai pengantara antara Tuhan dan manusia, teristimewa di altar.”
Selasa, 16 Juni 2009
Mengenal Bahaya dan Dampak Penyalahgunaan Ganja (disajikan dalam rangka memperingati Hari Anti Narkoba Internasional 2009)
Senin, 15 Juni 2009
Mewartakan Iman di tengah Badai Kehidupan seturut Teladan Para Rasul dalam GerejaNYA
Setiap orang pasti pernah mengalami badai dalam kehidupannya, entah itu berupa badai dalam kehidupan rumah tangganya, pertentangan dengan tetangga, konflik dengan rekan sekerja, pertentangan antar suku dan budaya, ketegangan antar etnis, dan beraneka badai lagi yang lainnya. Sebagian ada yang sanggup bertahan sambil terus berjuang mengatasi badai dalam kehidupannya, tapi tak sedikit pula yang tidak kuat mengatasi badai dan berlari menghindari realita yang ada di depan mata, dan beraneka sikap lainnya yang ditunjukkan oleh setiap orang dalam mengatasi permasalahan dalam hidupnya masing – masing.
Menghadapi situasi pelik seperti di atas, tidak jarang kita bertanya, di mana Tuhan ketika kita sedang menghadapi masalah? Ketimbang kita diombang – ambingkan oleh sikap kita sendiri dalam menghadapi badai dalam kehidupan kita, ada baiknya jika kita mau menyempatkan diri sejenak untuk merefleksikan pengalaman hidup sehari – hari kita dengan perjalanan hidup GerejaNYA, terutama pada masa – masa awal perjalanan iman para murid Kristus yang adalah cikal – bakal Gereja Katholik.
Jumat, 12 Juni 2009
Sekelumit Kisah Hidup St. Petrus dan St. Paulus
Email : andisardonossi@yahoo.co.id
URL : http://andisardonossi.blogspot.com
http://andisardonossi.multiply.com
Kalau kita berkesempatan membaca sebuah lagu berjudul “Mari Kita Merenungkan” yang tertera di buku Puji Syukur (maaf, saya lupa nomornya) berkaitan dengan Masa Pra Paskah yang kita lalui beberapa waktu lalu, kita akan melihat sebuah penggalan yang mengecam sikap St. Petrus ketika ia menyangkal sebanyak 3 (tiga) kali tentang keberadaan dirinya sebagai salah satu murid Kristus. Atau, kalau kita berkesempatan berdiskusi dengan saudara – saudara Muslim, pasti salah satu hal yang sering menjadi bahan perdebatan mereka adalah tuduhan bahwa St. Paulus telah mengkorup atau menyelewengkan Ajaran Tuhan, tanpa mereka pernah bisa membuktikan tuduhan itu dengan tanpa salah atau infallible.
Santo Petrus memiliki nama asli yaitu Simon bin Yunus, saudara dari Santo Andreas (salah satu murid Kristus juga) yang lahir di Bethsaida. Kedua bersaudara ini mulanya bekerja sebagai nelayan. Dalam bahasa Aram, Simon dinamakan sebagai Kefas atau dalam bahasa Yunani disebut sebagai Petrus yang artinya adalah batu karang. Oleh Yesus, Santo Petrus dijadikannya sebagai pemimpin para Rasul dan Kepala GerejaNYA yang pertama (Yoh 1:42 dan Mat 16:18).
Mulanya, nama dari Santo Paulus adalah Saulus, seorang warga negara Roma yang berasal dari keturunan suku Benyamin (salah satu suku di Israel) dan lahir di Tarsus. Saulus pada awalnya ikut mengambil bagian dalam penindasan umat Katholik sampai pada akhirnya ia mengalami pertobatan yang mukjizat setelah mendapat panggilan secara khusus dari Tuhan Yesus dalam perjalanannya ke Damsyik (sekarang Damaskus yang terletak di Siria) seperti diceritakan dalam Kisah Para Rasul 9:1 – 18. St. Pauius kemudian menjadi rasul yang pantang menyerah dalam mewartakan Injil di kalangan non Yahudi.
Selasa, 02 Juni 2009
Menghayati Tubuh dan Darah Kristus sebagai Karunia yang Sangat Berharga
Jika kita berkesempatan berdiskusi dengan saudara – saudara kita dari kalangan Protestan, maka salah satu hal yang paling sering dipertanyakan kepada kita adalah tentang peristiwa transsubstansiasi atau peristiwa perubahan hakiki dalam hal substansi dari roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Penggunaan istilah transsubstansiasi sendiri diperkenalkan dalam Konsili Lateran IV pada tahun 1215 dan dan dipertegas lagi oleh Bapa Suci kita dalam Ecclesia de Eucharistia seperti akan dibahas dalam tulisan ini.
Beberapa pandangan sesat tentang transsubstansiasi berasal dari beberapa denominasi Protestan seperti misalnya :
1. Denominasi Zwingli dan Calvin yang percaya bahwa Kristus hadir hanya dalam lambang roti dan anggur.
2. Denominasi Luther percaya akan kon – subtansiasi di mana Ekaristi adalah sekaligus tubuh dan darah, anggur dan roti.
3. Denominasi Melancthon percaya bahwa Ekaristi kembali menjadi roti dan anggur sesudah komuni.
Terdorong akan fenomena di atas, maka GerejaNYA mengeluarkan ensiklik berjudul “Ecclesia de Eucharistia” yang berarti “Ekaristi dan Hubungannya dengan Gereja” dan mengadakan Konsili Trente pada tahun 1551 untuk menanggapi pandangan sesat di atas. Dalam salah satu Dekrit Trente yaitu Ajaran tentang Kurban Misa Kudus dinyatakan bahwa : “ dalam Sakramen Ekaristi Maha Kudus, setelah konsekrasi roti dan anggur, Tuhan kita Yesus Kristus, sungguh Allah dan sungguh manusia secara nyata, sungguh benar, dan pada intinya hadir dalam rupa realitas yang kelihatan itu. Tidak ada pertentangan dengan kenyataan bahwa Juru Selamat kita senantiasa duduk di sebelah kanan Bapa di Surga menurut kodrat keberadaanNYA, dan bahwa, meskipun demikian, dalam substansiNYA, Dia hadir secara sakramental bagi kita di banyak tempat lain juga.”
Beberapa point penting yang dapat kita petik dari ensiklik “Ecclesia de Eucharistia” adalah sebagai berikut :
1. “ Pada setiap perayaan Ekaristi, kita dibawa kembali kepada Trihari Paskah : kepada Peristiwa malam hari Kamis Putih, kepada Perjamuan Terakhir dan kepada apa yang menyusulnya. Dasar Ekaristi mendahului secara sakramental peristiwa yang bakal terjadi, dimulai dari Sakrat Getsemani. ” (Ensiklik No. 3).
2. “ Merenungkan Kristus berarti mampu mengenaliNYA di mana pun Ia nampak, dalam pelbagai wujud, tetapi terutama dalam Sakramen hidup dari Tubuh dan DarahNYA. Gereja hidup dari Kristus Ekaristi, disuapi olehNYA, dan beroleh kecemerlangan dariNYA. Ekaristi adalah sekaligus misteri Iman dan misteri Terang. Setiap kali Gereja merayakan Ekaristi, maka dalam salah satu cara umat dapat merasakan kembali pengalaman kedua murid yang berjalan ke Emaus – “Mata mereka terbuka dan mengenali Dia.” (Ensiklik No. 6).
3. “ Peristiwa perubahan hakiki dalam hal substansi dari roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus dinamakan sebagai Peristiwa Transsubstansiasi. Sehingga wujud, rasa, dan bau roti dan anggur tetap sama atau tidak berubah dalam karakteristiknya, tetapi substansinya berubah, yaitu menjadi Tubuh dan DarahNYA. ” (Ensiklik No. 15).
Selain beberapa point di atas, sangat patut kalau kita merenungkan juga keseluruhan misteri yang diabadikan dalam Ekaristi Kudus dan kurban Kudus Misa sebagaimana ditampilkanNYA dalam Perjamuan Terakhir, yaitu bahwa Yesus tidak hanya sekedar memberikan roti dan anggur yang telah diberkatiNYA kepada para rasulNYA. Lebih dari itu, Kristus Yesus memberikan diriNYA seutuhnya (yaitu Tubuh, Darah, Jiwa, dan Ke – Allah – anNYA) kepada umat manusia yang dicintaiNYA.
Setelah usai dengan Perjamuan Terakhir sebagaimana kita ikuti pada malam Kamis Putih, keesokan harinya, Yesus sudah tergantung di atas kayu salib seperti kita ikuti pada Perayaan Jumat Agung dan darahNYA yang mengucur deras dari kayu salib dicurahkanNYA dengan sehabis – habisnya untuk menghapus dosa – dosa kita.
Sungguh mengagumkan. Kristus Yesus sebagai PutraNYA menunjukkan cinta Bapa kepada manusia dengan mempersembahkan kurban penghapus dosa yang sempurna, yang tidak lain adalah DiriNYA sendiri sebagai kurban dimaksud. Patut pula kita ketahui bahwa kurban Kristus adalah kurban yang memberikan hidup yang kemudian menjadi perjanjian yang sempurna dan kekal atas hidup dan cinta dengan Allah yang dimeteraikan oleh Kristus Yesus, Tuhan kita.
Begitu agung dan luhurnya warisan Kristus itu sehingga tidak berlebihan jika GerejaNYA selalu mengagungkan harta pusaka ini sebagaimana terwujud dalam setiap Perayaan Ekaristi.
Di samping uraian dari ensiklik di atas, keyakinan kita akan Ekaristi Kudus juga berakar dari pernyataan Kristus sendiri sebagaimana tertulis dalam Injil St. Yohanes 6:51.53 – 57 : “ Akulah roti hidup yang telah turun dari Surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama – lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darahNYA, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab, dagingKu adalah benar – benar makanan dan darahKu adalah benar – benar minuman. Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.”
Kini, sudah selayaknya jika kita berdoa memohon rahmat kepadaNYA agar kita beroleh percaya lebih teguh setiap hari akan karunia Kristus sendiri yang amat berharga ini.
Rabu, 27 Mei 2009
Memahami Allah Tri Tunggal Maha Kudus dalam Relasi Cinta Sejati
Di antara sekian banyak banyak Ajaran GerejaNYA yang kita imani, ada satu di antaranya yang paling sulit untuk dipahami oleh akal pikiran manusia, yaitu Ajaran tentang Allah Tri Tunggal Maha Kudus atau Allah Trinitas yang pada tanggal 7 Juni 2009 dirayakan oleh GerejaNYA.
Selasa, 19 Mei 2009
Petuah Apel Pagi...
Pater Noster
In nomine Patris et Filli et Spiritu Sancti, amen.
Pater noster qui es in caelis,
Sancti ficetur nomen tuum,
Ad veni at regnum tuum,
Fiat voluntas tua,
Sicut in caelo et in terra,
Panem nostrum cotidianum da nobis hodie,
Et dimite nobis de bita nostra,
Sicut et nos dimitimus,
De bitoribus nostris,
Et ne nos in ducas in tentationem,
Sed liberanos amalo,
Quia tuum es regnum,
Et potestas,
Et gloria in saecula,
Amen.
In nomine Patris et Filli et Spiritu Sancti, amen.
Senin, 18 Mei 2009
Mengenal Roh Kudus dalam GerejaNYA
Beberapa hari lagi, Gereja Katholik akan merayakan Pesta Pentakosta, yaitu peristiwa turunnya Allah Roh Kudus ke atas para RasulNya yang adalah cikal bakal Gereja Katolik sebagaimana dijanjikan Tuhan Yesus Kristus sebelum Dia naik ke Surga. Oleh karenanya, tidak berlebihan kiranya jika peristiwa Pentakosta dikatakan juga sebagai hari lahir GerejaNya yang satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik.
Sebagai warga Gereja, apa makna Pentakosta bagi kehidupan kita sehari – hari? Tidak lain dan tak bukan, turunnya Roh Kudus ke atas para RasulNya menjadi bermakna ketika kita sungguh – sungguh hidup dalam persatuan utuh dengan Yesus Kristus (yang sekaligus adalah Kepala Gereja) dalam doa, Ekaristi, dan karya nyata, sebagaimana diteladankan oleh para RasulNya dan Bunda Maria sebagai Bunda Gereja dalam persatuan utuh dengan Kristus Yesus.
Karya nyata Roh Kudus dalam Gereja Katholik sendiri sungguh terasa, setidaknya ini terbukti dengan tetap berdiri kokohnya Gereja Kaholik selama kurang lebih 2009 tahun lamanya. Tidak seperti denominasi dalam Protestan yang mudah sekali terpecah belah, Gereja Katholik tetap berdiri kokoh karena Allah Roh Kudus selalu menjaga dan menyucikan GerejaNya yang dibangun di atas batu karang ini.
Berkaitan dengan karya Roh Kudus dalam GerejaNya, ada beberapa istilah yang kemudian muncul tapi sering disalahartikan. Berikut adalah penjelasannya :
1. Kharisma
Kata “kharisma” sendiri berarti : karunia / anugerah Roh Kudus. Tapi, tidak semua rahmat Roh Kudus dapat disebut sebagai kharisma. Sebagai suatu rahmat istimewa yang menonjol pada diri seseorang yang memilikinya, kharisma tidak ditampilkan sebagai pameran rahmat, tapi semata – mata pemberian Tuhan bagi orang yang dipilihNya demi pembangunan atau pengembangan GerejaNya, sebagaimana yang tertulis dalam 1 Kor 12:7. Jadi, kharisma diberikan oleh Allah sebagai anugerah khusus untuk menjalankan suatu tugas dengan baik di dalam GerejaNya.
Dengan kata lain, kharisma adalah anugerah iman yang bersifat amat pribadi dan tidak bisa dimiliki oleh setiap orang. Perlu diingat pula bahwa pemberian khusus dari Tuhan bersifat bebas tanpa terikat oleh jasa dari pihak manusia karena memang Allah tidak dapat dipaksa untuk memberi suatu anugerah, seperti misalnya kharisma berbahasa Roh. Tidak bisa pula digelar semacam seminar untuk memaksa Allah memberi kharisma bahasa Roh.
2. Bahasa Roh
Berbahasa Roh berarti berbicara langsung di bawah pengaruh roh, oleh karenanya seringkali tidak mempergunakan kata – kata biasa yang dimengerti oleh orang lain. Walaupun demikian, berbahasa Roh tetap harus dapat diterjemahkan oleh orang yang bersangkutan atau minimal oleh orang lain yang dianugerahi Allah untuk mampu menerjemahkan makna dari bahasa Roh itu sendiri. Hal ini ditegaskan dengan sangat jelas oleh Santo Paulus dalam suratnya kepada umat Katholik di Korintus. Bahkan, meskipun bersyukur karena mendapat anugerah berbahasa Roh, Santo Paulus tidak suka menggunakannya karena tidak bermanfaat bagi orang lain, terutama dalam kaitannya dengan pertemuan – pertemuan jemaat, misalnya dalam Misa, pertemuan ibadah di lingkungan, wilayah, atau kelompok – kelompok kategorial dalam Gereja, seperti dinyatakannya dalam 1 Kor 14:18-19.
Sebagai salah satu kharisma yang diberikan oleh Allah, tentu tujuan berbahasa roh adalah untuk menolong orang lain dan pasti akan mendorong orang yang dianugerahi berbahasa roh itu untuk semakin menyatakan imannya dalam kesatuan utuh dan kerukunan dengan orang – orang beriman dalam GerejaNya dan dengan ketaatan penuh pada pimpinan Gereja atau Hierarki.
Kalau yang terjadi adalah setelah berbahasa Roh orang malah menghujat GerejaNya, maka sudah pasti itu merupakan suatu praktek penyimpangan dari kehidupan iman GerejaNya atau praktek melarikan diri dari realitas kehidupan GerejaNya.
3. Pembedaan Roh
Pembedaan Roh berarti menguji karya roh dalam hati sendiri; bukannya suatu bentuk ketaatan kepada roh saja, tapi juga merupakan bentuk pelibatan diri dalam pembangunan GerejaNya. Kita sering mendengar istilah “prioritas”, karena memang banyak hal yang harus dilakukan sehingga setiap orang harus menentukan mana yang lebih penting, lebih berguna dan terutama lebih sesuai dengan KehendakNYA. Dalam kenyataannya, praktek membedakan roh sudah lazim dilaksanakan orang dari zaman dulu, hanya saja istilahnya semakin popular digunakan.
4. Pencurahan Roh
Pencurahan roh berarti bahwa segala doa permohonan disampaikan kepada Allah agar berkat Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma, hidup kita semakin digairahkan dan dipenuhi dengan kekuasaan Roh Kudus, jadi bukan praktek pencurahan Roh Kudus melalui penumpangan tangan yang dipimpin oleh seorang pemimpin ibadat diikuti oleh segenap umat yang hadir lalu diikuti oleh penggunaan berbahasa roh secara serampangan. Kalau itu yang terjadi, maka itu adalah salah satu bentuk sakrilegi atau penghujatan atas karya Roh Kudus dalam GerejaNYA.
Melalui Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma, setiap orang beriman Katolik menerima Roh Kudus dalam hati kita, sehingga jika tidak berhati – hati, penggunaan istilah pencurahan roh dapat mengaburkan makna Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma.
Dalam Konsili Vatikan II ditegaskan pula bahwa kita diharapkan terbuka akan karya Roh Kudus dan segala karunia – NYA, untuk kemudian mau melayani Gereja dengan penuh kasih tanpa pamrih, taat pada hierarki, serta memelihara kesatuan dan kerukunan dengan semua umat beriman dalam GerejaNYA yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik. Selamat merayakan Pentakosta bagi kita semua.
Kamis, 07 Mei 2009
Tentang Global Warming
Maka dari itu, gerakan penyelamatan muka bumi ini dari bahaya Global Warming sudah sangat mendesak dan sangat penting untuk menjadi perhatian kita semua. KTT yang telah diselenggarakan beberapa waktu lalu di Bali menghasilkan beberapa komitmen awal untuk mulai menggagas sebuah aksi bersama yang diharapkan mendapat dukungan penuh dari beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat yang tergabung dalam sebuah kelompok negara industri.
Lantas, apa bentuk dukungan kita sebagai bagian dari warga dunia yang turut menghuni bumi tercinta ini untuk mengantisipasi bahaya Global Warming itu?
Banyak sekali, di antaranya dengan memulai gerakan membuang sampah pada tempatnya (jangan sekali - kali membuang puntung rokok yang masih menyala ke atas tumpukan daun kering atau ranting kering karena dapat menyulut terjadinya kebakaran lahan), gerakan memanfaatkan sampah yang dapat diaur ulang menjadi produk yang ramah lingkungan (ingat, sudah bukan jamannya lagi membakar sampah karena hanya menghasilkan kepulan asap sisa pembakaran sampah yang tentunya mengundang bahaya polusi udara yang ujung - ujungnya dapat merusak paru - paru), gerakan menanam pohon di sekitar kita (boleh di halaman atau di lahan kritis yang sudah tidak ada pohon atau tanaman lagi alias gundul), dan sekian banyak lagi bentuk dukungan dari kita untuk turut menyukseskan gerakan penyelamatan muka bumi dari bahaya Global Warming.
Kalangan industri pun sudah saatnya diingatkan untuk memperbaharui sistem kerja alat - alat produksi mereka yang sebelumnya hanya membuang limbah yang berbahaya menjadi pengolah limbah yang ramah lingkungan sebelum dibuang ke luar. Dengan demikian, diharapkan limbah yang ramah lingkungan tadi dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat menjadi barang - barang yang berdaya guna.
Tantangan terbesar mungkin dialami oleh negara - negara berkembang yang tentunya sangat berantusias untuk mengembangkan perekonomian negaranya dengan menggenjot sektor industri mereka, tapi di sisi lain malah mengakibatkan kehancuran bagi kelangsungan alam lingkungan di negara - negara berkembang tersebut. Maka, gak salah juga kalau kelompok negara - negara industri papan atas diminta kepedulian mereka untuk bersama - sama mengantisipasi bahaya Global Warming dengan menopang kebutuhan negara - negara berkembang untuk memajukan industri yang ramah lingkungan.
Singkat kata, kita semua perlu terus turut terlibat dalam setiap aksi antisipasi Global Warming. Kalau bukan kita, siapa lagi?