Powered By Blogger

Selasa, 19 Mei 2009

Petuah Apel Pagi...

Oleh : Andi Sardono
Siang hari ini, saya kembali diingatkan oleh teman saya, Hery S Setiawan akan sebuah pengalaman mengikuti Apel pagi yang dilaksanakan hampir setiap hari (dari hari Senin hingga hingga Kamis).
Pagi tadi, hari Kamis tanggal 19 Mei 2009, Apel pagi diambil oleh salah seorang pejabat di lingkungan kantor kami. Seperti biasa, masing - masing Danton (Komandan Peleton) mengambil posisi maju ke depan sang pengambil Apel pagi untuk melaporkan jumlah personel masing - masing Satker yang hadir pada Apel pagi itu.
Semua berjalan seperti biasa, sampai akhirnya masing - masing Danton kembali ke samping masing - masing barisan untuk selanjutnya kembali mengikuti jalannya Apel pagi seperti biasa. Nah, ketika tiba giliran sang pengambil Apel pagi memberi semacam "petuah Apel pagi" yang terkenal lama itu, beliau mulai berbicara tentang bagaimana bersikap jujur dalam bekerja, yang tercermin dalam pelaporan jumlah personel dalam setiap Apel pagi.
Contohnya, kalau ada personel yang tidak mengikuti Apel pagi tanpa keterangan apapun, ya laporkan saja sebagai TK alias Tanpa Keterangan. Jangan malah menutup - nutupi kawan yang TK karena akan beresiko berat bagi sang Danton. Atau, dilaporkan dinas tapi ketika ditanya dinas ke mana, sang Danton malah tersenyum simpul penuh arti (he..he..he.. bisa aja ya sang pengambil Apel pagi di kantor saya kalau bicara.. :-) ).
Karena asyiknya berbicara di depan para peserta Apel pagi, tak terasa satu per satu personel yang hadir pada Apel pagi tadi berjatuhan karena tidak kuat berdiri (beberapa di antaranya malah ada yang pingsan sehingga harus digotong ke pinggir lapangan).
Rupanya, sang pengambil Apel pagi lupa bahwa selain materi yang dibawakannya dalam setiap Apel pagi selalu berulang - ulang (seperti kaset yang diputar berulang - ulang sampai suaranya rusak), banyaknya pekerjaan yang menanti di ruangan untuk dikerjakan oleh para staf (yang notabene juga menjadi peserta Apel pagi) juga turut menjadi andil tidak konsentrasinya para peserta Apel pagi mendengarkan wejangan dari sang pengambil Apel pagi.
Beliau juga lupa bahwa umumnya para peserta yang rajin hadir dalam Apel pagi jarang ada yang makan pagi alias sarapan sebelum berangkat ke kantor karena alasan takut terlambat tiba di kantor untuk ikut Apel pagi. Malah, ada beberapa di antaranya yang mengaku baru sarapan setelah selesai mengikuti Apel pagi. Coba Anda bayangkan, hal - hal seperti itu apa mungkin terlintas di pikiran sang pengambil Apel pagi yang bisanya cuma "memarahi" peserta Apel pagi yang hadir atas ketidakhadiran sesama rekan lainnya dalam Apel pagi.
Selain itu, dengan berlangsungnya Apel pagi yang sangat lama, menyebabkan lama dan antrinya juga mobil - mobil milik para personel yang hendak diparkir di lapangan tempat Apel pagi berlangsung (maklum, lapangan yang biasa digunakan untuk Apel pagi juga berfungsi ganda sebagai lahan parkir mobil di kantor saya). Ujung - ujungnya, petugas Polantas biasanya langsung mendatangi dan menegur pejabat yang berwenang di kantor saya karena menyebabkan kemacetan di jalan raya sebagai imbas antrian panjang mobil - mobil yang akan parkir ke lapangan kantor saya setiap paginya.
Sebetulnya, sang pengambil Apel pagi yang biasa berlama - lama dalam memberikan wejangan itu di kantor saya jumlahnya ada 3 (tiga) orang (syukur deh, tidak lebih dari 3 (tiga) orang) , dan masing - masing selalu mengambil tema yang itu - itu saja setiap kali beliau - beliau ini mendapat kesempatan untuk mengambil Apel pagi.
Misalnya, Pak Polan selalu mengambil tema seputar pengalamannya bertugas di wilayah - wilayah yang selalu diembel - embeli dengan disiplin, disiplin, dan disiplin (bukan diselipin lho ya..he..he..he..), lalu Pak Pilon selalu mengambil tema tentang kinerja, kinerja, dan kinerja, sedangkan Pak Plo'on selalu mengambil tema seperti yang telah saya beberkan di awal tulisan ini.
Harapan saya, semoga beliau - beliau ini mau tergerak hatinya untuk mengubah sikap dalam mengambil Apel pagi di kantor saya. Semoga...

Tidak ada komentar: