Powered By Blogger

Jumat, 12 Juni 2009

Sekelumit Kisah Hidup St. Petrus dan St. Paulus

Oleh : Andi Sardono
Email : andisardonossi@yahoo.co.id
URL : http://andisardonossi.blogspot.com
http://andisardonossi.multiply.com

Kalau kita berkesempatan membaca sebuah lagu berjudul “Mari Kita Merenungkan” yang tertera di buku Puji Syukur (maaf, saya lupa nomornya) berkaitan dengan Masa Pra Paskah yang kita lalui beberapa waktu lalu, kita akan melihat sebuah penggalan yang mengecam sikap St. Petrus ketika ia menyangkal sebanyak 3 (tiga) kali tentang keberadaan dirinya sebagai salah satu murid Kristus. Atau, kalau kita berkesempatan berdiskusi dengan saudara – saudara Muslim, pasti salah satu hal yang sering menjadi bahan perdebatan mereka adalah tuduhan bahwa St. Paulus telah mengkorup atau menyelewengkan Ajaran Tuhan, tanpa mereka pernah bisa membuktikan tuduhan itu dengan tanpa salah atau infallible.
Lantas, siapa dan bagaimana sebenarnya St. Petrus dan St. Paulus? Menyambut Hari Raya St. Petrus dan St. Paulus yang jatuh pada tanggal 29 Juni 2009, tak ada salahnya kita melihat sekilas sejarah hidup kedua Rasul Kristus yang begitu mengharukan itu.
1. Santo Petrus
Santo Petrus memiliki nama asli yaitu Simon bin Yunus, saudara dari Santo Andreas (salah satu murid Kristus juga) yang lahir di Bethsaida. Kedua bersaudara ini mulanya bekerja sebagai nelayan. Dalam bahasa Aram, Simon dinamakan sebagai Kefas atau dalam bahasa Yunani disebut sebagai Petrus yang artinya adalah batu karang. Oleh Yesus, Santo Petrus dijadikannya sebagai pemimpin para Rasul dan Kepala GerejaNYA yang pertama (Yoh 1:42 dan Mat 16:18).
Di antara para RasulNYA, St. Petrus boleh dibilang sangat mencolok popularitasnya. Dalam ke – 4 Injil dan Kisah Para Rasul, namanya disebutkan sebanyak 195 kali, sedangkan gabungan ke – 11 rasul lainnya disebutkan sebanyak 130 kali saja. St. Yohanes Rasul menduduki posisi runner – up karena hanya disebutkan sebanyak 29 kali saja. Dalam ketiga Injil Sinoptik yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas serta Kisah Para Rasul, St. Petrus selalu disebutkan sebagai yang pertama dalam bilangan para RasulNYA. Santo Petrus bersama Santo Yakobus bin Zebedeus dan Santo Yohanes Rasul menjadi saksi atas dibangkitkannya Putri Yairus dari kematian (Mat 5:21 – 43), transfigurasi Yesus Kristus di atas bukit (Mat 17:1 – 8), dan sengsara Yesus Kristus di Taman Getsemani (Mat 26:36 – 46).
Patut dicamkan bersama bahwa walau dikatakan bahwa St. Petrus sempat menyangkal sebanyak 3 (tiga) kali sebagaimana disebutkan di atas, tapi toh akhirnya ia menyesal dan bertobat atas penyangkalan dirinya itu sebagaimana dapat kita baca dalam Injil. Sayangnya, fakta penting ini diabaikan begitu saja oleh beberapa di antara kita dan malah ikut – ikutan menyalahkan St. Petrus tanpa mau melihat keseluruhan hidup dan perjuangan iman St. Petrus dalam mewartakan Ajaran GerejaNYA sebagai Paus Pertama dari GerejaNYA.
Dialah yang pertama kali mewartakan Injil di daerah Yerusalem dan sekitarnya. St. Petrus pula yang mendirikan gereja lokal pertama di Antiokhia, tempat di mana kemudian hari untuk pertama kalinya nama Katholik diperkenalkan dan digunakan sebagaimana kesaksian St. Ignasius dari Antiokhia. Dengan dipimpin oleh St. Petrus, Konsili Gereja Katholik yang pertama diadakan di Yerusalem pada tahun 51 M (Kis Para Rasul 15:7).
Sebagai Paus pertama dan Uskup di Roma, St. Petrus kemudian mendirikan pusat pengajarannya di kota Roma. Di sana, St. Petrus menghabiskan tahun – tahun terakhirnya dengan terus mewartakan Ajaran GerejaNYA sampai akhirnya menjadi martir dengan cara disalibkan dengan posisi terbalik (kepala St. Petrus berada di bawah) pada sekitar tahun 64 atau 67 semasa penindasan umat Katholik oleh Kaisar Nero.
Kita perlu mengingat pula akan sebuah fakta bahwa walau St. Petrus meninggal di Roma sesuai Tradisi GerejaNYA dan catatan sejarah, tapi sebelumnya tidak diketahui di mana letak makamnya secara tepat. Ini bermula pada tahun 315 di mana Kaisar Konstantinus (kaisar Romawi) yang bersikap baik terhadap umat Katholik, mendirikan sebuah bangunan gereja.
Pembangunan itu berlanjut dengan dibangunnya sebuah basilika (gereja berukuran raksasa) yang tepat didirikan di atas bangunan gereja tersebut dan ini berlanjut terus dengan didirikannya pondasi bangunan yang baru sampai akhirnya menjadi Basilika St. Petrus, Vatikan, seperti yang kita kenal sekarang ini. Sepanjang masa itu, pengetahuan akan letak makam St. Petrus menghilang dari sejarah sampai akhirnya pada tahun 1939 terjadi sebuah kecelakaan yang menimpa seorang pekerja bangunan. Kejadian itu mengawali penemuan di tahun 1958 akan sebuah makam yang diketahui adalah makam St. Petrus yang terletak di salah satu katakombe, persisnya di bawah altar yang terletak tepat di bawah kubah St. Petrus. Pada makam itu tertera sebuah ukiran tulisan yang berbunyi :”Petrus berbaring di dalam sini”. Sudah pasti, kalimat itu segera mengingatkan kita akan kata – kata Yesus sendiri dalam Mat 16:18 yang mendapat dimensi tambahan makna yang memberi bukti bahwa Gereja Katholik adalah satu – satunya Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus sendiri.
St. Petrus sering dilukiskan sedang membawa 2 (dua) buah kunci yang adalah simbol kekuasaannya dalam GerejaNYA. Atau, terkadang juga dilukiskan St. Petrus sedang membawa 2 (dua) kunci bersilangan dan sebuah salib yang diposisikan terbalik (mengingat posisi penyalibannya yang terbalik).
2. Santo Paulus
Mulanya, nama dari Santo Paulus adalah Saulus, seorang warga negara Roma yang berasal dari keturunan suku Benyamin (salah satu suku di Israel) dan lahir di Tarsus. Saulus pada awalnya ikut mengambil bagian dalam penindasan umat Katholik sampai pada akhirnya ia mengalami pertobatan yang mukjizat setelah mendapat panggilan secara khusus dari Tuhan Yesus dalam perjalanannya ke Damsyik (sekarang Damaskus yang terletak di Siria) seperti diceritakan dalam Kisah Para Rasul 9:1 – 18. St. Pauius kemudian menjadi rasul yang pantang menyerah dalam mewartakan Injil di kalangan non Yahudi.
St. Paulus tetap tinggal di Damaskus untuk beberapa hari setelah pembaptisannya dan pergi ke tanah Arab selama 1 – 2 tahun untuk mempersiapkan aktivitas merasulnya. Sekembalinya ke Damaskus, St. Paulus tinggal agak lama dan mulai berkhotbah mewartakan Injil di sinagoga – sinagoga. Tentu saja, aktivitasnya itu segera menyulut kebencian di kalangan Yahudi sehingga terpaksa St.Paulus segera menyingkir dari sana.
Ketaatan St. Paulus kepada St. Petrus sebagai Paus Pertama GerejaNYA ditunjukkannya dengan kepergiannya ke Yerusalem untuk bersilaturahmi dengan St. Petrus. Ini sekaligus menjawab tuduhan tak berdasar yang mengatakan bahwa St. Paulus menyelewengkan Ajaran Tuhan. Dengan sikap ketaatannya itu, St. Paulus membiarkan dirinya dibimbing oleh Roh Kudus menuju ke persatuan utuh dengan GerejaNYA yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik. Lalu, bersama dengan St. Barnabas, dia melakukan perjalanan misionarisnya yang pertama dan mendirikan gereja – gereja di seluruh Asia Kecil yaitu wilayah Pisidian, Antiokhia, Iconium, Lystra, dan Derbe.
Setelah berlangsungnya Konsili Yerusalem, Paulus ditemani oleh Silas, lalu bergantian dengan St. Timotius dan St. Lukas melakukan perjalanan misionaris keduanya. Pada perjalanannya yang ketiga kalinya, St. Paulus mengunjungi tempat – tempat yang sama dan sempat tinggal di Efesus selama sekitar 3 (tiga) tahun. St. Paulus banyak mengalami penangkapan dan pemenjaraan, di antaranya yaitu ditangkap di Yerusalem (Kisah Para Rasul 21:30), dipenjarakan di Kaisarea (Kisah Para Rasul 23:23 – 24), dan dipenjarakan selama 2 (dua) tahun di kota Roma.
Penderitaan St.Paulus belum berakhir. Menurut Tradisi Suci, setelah 2 (dua) tahun dipenjara di kota Roma, St. Paulus dibebaskan dan melanjutkan karya misinya ke Spanyol dan Timur. Sekembalinya ke kota Roma, St. Paulus dipenjarakan untuk kedua kalinya. Di kota ini pula, St. Paulus akhirnya wafat sebagai martir dengan cara dipenggal kepalanya di luar tembok – tembok kota pada sekitar tahun 67 selama penindasan oleh Kaisar Nero. Tempat pemenggalan kepalanya dikenal dengan nama Tre Fountane atau Three Fountains yang berarti “tiga mata air” karena kemunculan tiga mata air secara mukjizat di tempat kepalanya jatuh ke bumi. Salah satu karyanya yang paling fenomenal adalah kurang lebih 14 surat yang ditulisnya dalam Perjanjian Baru, tapi tidak tertutup kemungkinan malah lebih banyak lagi surat – surat St. Paulus yang telah hilang.
St. Paulus sering dilukiskan secara bermacam – macam, antara lain bersama – sama dengan St. Petrus, yang di antaranya terdapat sebilah pedang dalam adegan pertobatannya. Lambangnya adalah sebilah pedang di belakang sebuah buku terbuka yang bertuliskan “Spiritus Gladius” yang berarti Pedang Roh.
Kini, kita telah melihat sekelumit kisah hidup mereka berdua. Semoga kita dapat belajar banyak dari teladan hidup kedua Rasul Kristus itu tentang bagaimana menjadi saksi kebenaran Ajaran GerejaNYA di tengah tantangan dunia yang banyak diselimuti oleh aneka isme dalam kehidupan kita sekarang ini.

Tidak ada komentar: