Powered By Blogger

Rabu, 27 Mei 2009

Memahami Allah Tri Tunggal Maha Kudus dalam Relasi Cinta Sejati

Oleh : Andi Sardono

Di antara sekian banyak banyak Ajaran GerejaNYA yang kita imani, ada satu di antaranya yang paling sulit untuk dipahami oleh akal pikiran manusia, yaitu Ajaran tentang Allah Tri Tunggal Maha Kudus atau Allah Trinitas yang pada tanggal 7 Juni 2009 dirayakan oleh GerejaNYA.
Namun, kita dapat merefleksikan hidup beriman kita dari pengalaman cinta sejati yang ditunjukkan Allah dalam relasi Trinitas itu. Pertama kita lihat melalui pewahyuan adanya Trinitas sebagaimana ditulis dalam Injil Matius 3:16 – 17 dan Injil Yohanes 1:32 – 34. Di situ dikisahkan bahwa sebelum memulai karya perutusanNYA sebagai Putra Allah, Yesus Kristus menggenapi apa yang tertulis dalam kitab para nabi sebelumnya tentang Dia dengan meminta St. Yohanes Pembaptis untuk membaptis DiriNYA di sungai Yordan. Peristiwa tersebut membuka jalan bagi Allah untuk mewahyukan adanya Trinitas. Bapa menyatakan cintaNYA kepada PutraNYA dengan mengutus Roh Kudus untuk menyertai PutraNYA selama menjalankan karya penyelamatan yang agung nan mulia itu.
Kesatuan Trinitas dalam peranannya untuk menghibur manusia selanjutnya diungkapkan pula oleh Yesus Kristus sebagaimana ditulis dalam Injil Yohanes 14:26.
Mengagumkan, relasi cinta sejati yang ditunjukkan oleh Allah itu kemudian diwartakan oleh Yesus sebagai PutraNYA dengan meminta para muridNYA untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa sebagai murid Kristus dengan membaptis para bangsa dalam Nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus sebagaimana dapat kita baca dalam Injil Matius 28:19.
Tugas perutusan yang dijalankan oleh Yesus dari BapaNYA dengan penyertaan Roh Kudus kemudian menjadi Warta Kebenaran yang disebarluaskan oleh para muridNYA sebagai perpanjangan tangan Tiga Pribadi Ilahi yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Selanjutnya, relasi Trinitas yang diwartakan oleh para muridNYA itu menjadi dasar cinta yang menyelamatkan dunia.
Sebagai salah satu bentuk penghayatan dan perenungan kita akan cinta Trinitas yang menyelamatkan dunia itu, kita dapat melihatnya pada hakekat Bapa yang tetap setia kepada manusia yang berdosa seperti kesaksian dalam Injil Yoh 1:1 – 18.
Sedemikian besar dosa manusia yang telah menyebabkan manusia terpuruk jatuh dan menjauh dari relasi cinta Allah terhadap manusia, ciptaanNYA yang sangat dicintaiNYA itu, sehingga jika Ia berkenan, bisa saja Bapa memusnahkan manusia dari kehidupan di muka bumi ini. Namun, dosa manusia yang sedemikian besar itu ternyata tidak mampu mengalahkan cinta Bapa kepada manusia. Ya, cinta Bapa kepada manusia ternyata lebih besar dari dosa manusia sehingga Bapa kemudian lebih memilih untuk menyelamatkan manusia daripada memusnahkannya. Cinta Bapa yang sangat besar itu kemudian dijalankan oleh PutraNYA dengan menyerahkan diriNYA sebagai korban penyelamatan untuk menggantikan peran manusia yang berdosa dan layak dihukum itu.
Pengorbanan Kristus itu telah menghantar manusia untuk sampai pada kediaman abadi di dalam Kerajaan Allah sebagaimana dijanjikan Kristus Yesus dalam amanat perpisahanNYA sebelum Ia naik ke surga. Tidak hanya itu, Ia pun menjanjikan Roh Kudus yang akan menyertai GerejaNYA dalam menjalankan tugas pewartaan yang diemban Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus Yesus. Kita lihat selanjutnya bahwa kabar sukacita yang membahagiakan itu kemudian menjadi kenyataan dengan karya Roh Kudus dalam GerejaNYA melalui kesaksian iman para putra – putri GerejaNYA.
Kesaksian iman akan cinta sejati dalam relasi Trinitas yang diajarkan oleh GerejaNYA secara terus – menerus dan berkesinambungan itu mempunyai satu tujuan yang sama, yaitu memanggil manusia untuk hidup dalam kesatuan iman yang Satu, Kudus, Katholik, dan Apostolik, kembali kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Tugas pemanggilan kembali itu jika renungkan dengan sungguh – sungguh ternyata hanya terjadi dalam lingkungan Gereja yang dipenuhi oleh Roh Kudus karena Gereja merupakan bentuk pengungkapan paling konkret dari iman akan Trinitas. Tentunya, Gereja yang dimaksud adalah Gereja yang dibangun oleh Yesus Kristus di atas St. Petrus sebagai batu karang yang hidup yang adalah juga Paus Pertama dalam sejarah Gereja Katholik.
Dan, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, untuk menjamin keberlangsungan karya pewartaan yang dijalankan oleh GerejaNYA, Roh Kudus turut berkarya dalam GerejaNYA sehingga setiap orang yang tetap tekun berjuang dan setia mengimani Ajaran Allah dalam GerejaNYA sampai pada kesudahannya akan dijamin keselamatannya oleh Allah sendiri sebagaimana kesaksian hidup para martir dan para Kudus Allah yang rela menyerahkan hidupnya demi membela dan mempertahankan iman Katholik yang mereka yakini itu.
Sebagai anggota dari kawanan domba yang tergabung dalam GerejaNYA, kita yang telah dibaptis dengan menggunakan Nama Tri Tunggal Maha Kudus, selanjutnya masing – masing memikul beban salib untuk menjalankan tugas pewartaan kita sesuai bidang kehidupan kita masing – masing dengan meneladan relasi cinta sejati Allah Tri Tunggal Yang Maha Kudus.
Akhirnya, semoga perayaan Allah Tri Tunggal Maha Kudus dalam GerejaNYA semakin mendekatkan diri kita masing – masing pada keakraban yang lebih mendalam dan intim lagi dengan Ketiga Pribadi dalam Satu Hakekat yaitu : Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Amin.

Selasa, 19 Mei 2009

Petuah Apel Pagi...

Oleh : Andi Sardono
Siang hari ini, saya kembali diingatkan oleh teman saya, Hery S Setiawan akan sebuah pengalaman mengikuti Apel pagi yang dilaksanakan hampir setiap hari (dari hari Senin hingga hingga Kamis).
Pagi tadi, hari Kamis tanggal 19 Mei 2009, Apel pagi diambil oleh salah seorang pejabat di lingkungan kantor kami. Seperti biasa, masing - masing Danton (Komandan Peleton) mengambil posisi maju ke depan sang pengambil Apel pagi untuk melaporkan jumlah personel masing - masing Satker yang hadir pada Apel pagi itu.
Semua berjalan seperti biasa, sampai akhirnya masing - masing Danton kembali ke samping masing - masing barisan untuk selanjutnya kembali mengikuti jalannya Apel pagi seperti biasa. Nah, ketika tiba giliran sang pengambil Apel pagi memberi semacam "petuah Apel pagi" yang terkenal lama itu, beliau mulai berbicara tentang bagaimana bersikap jujur dalam bekerja, yang tercermin dalam pelaporan jumlah personel dalam setiap Apel pagi.
Contohnya, kalau ada personel yang tidak mengikuti Apel pagi tanpa keterangan apapun, ya laporkan saja sebagai TK alias Tanpa Keterangan. Jangan malah menutup - nutupi kawan yang TK karena akan beresiko berat bagi sang Danton. Atau, dilaporkan dinas tapi ketika ditanya dinas ke mana, sang Danton malah tersenyum simpul penuh arti (he..he..he.. bisa aja ya sang pengambil Apel pagi di kantor saya kalau bicara.. :-) ).
Karena asyiknya berbicara di depan para peserta Apel pagi, tak terasa satu per satu personel yang hadir pada Apel pagi tadi berjatuhan karena tidak kuat berdiri (beberapa di antaranya malah ada yang pingsan sehingga harus digotong ke pinggir lapangan).
Rupanya, sang pengambil Apel pagi lupa bahwa selain materi yang dibawakannya dalam setiap Apel pagi selalu berulang - ulang (seperti kaset yang diputar berulang - ulang sampai suaranya rusak), banyaknya pekerjaan yang menanti di ruangan untuk dikerjakan oleh para staf (yang notabene juga menjadi peserta Apel pagi) juga turut menjadi andil tidak konsentrasinya para peserta Apel pagi mendengarkan wejangan dari sang pengambil Apel pagi.
Beliau juga lupa bahwa umumnya para peserta yang rajin hadir dalam Apel pagi jarang ada yang makan pagi alias sarapan sebelum berangkat ke kantor karena alasan takut terlambat tiba di kantor untuk ikut Apel pagi. Malah, ada beberapa di antaranya yang mengaku baru sarapan setelah selesai mengikuti Apel pagi. Coba Anda bayangkan, hal - hal seperti itu apa mungkin terlintas di pikiran sang pengambil Apel pagi yang bisanya cuma "memarahi" peserta Apel pagi yang hadir atas ketidakhadiran sesama rekan lainnya dalam Apel pagi.
Selain itu, dengan berlangsungnya Apel pagi yang sangat lama, menyebabkan lama dan antrinya juga mobil - mobil milik para personel yang hendak diparkir di lapangan tempat Apel pagi berlangsung (maklum, lapangan yang biasa digunakan untuk Apel pagi juga berfungsi ganda sebagai lahan parkir mobil di kantor saya). Ujung - ujungnya, petugas Polantas biasanya langsung mendatangi dan menegur pejabat yang berwenang di kantor saya karena menyebabkan kemacetan di jalan raya sebagai imbas antrian panjang mobil - mobil yang akan parkir ke lapangan kantor saya setiap paginya.
Sebetulnya, sang pengambil Apel pagi yang biasa berlama - lama dalam memberikan wejangan itu di kantor saya jumlahnya ada 3 (tiga) orang (syukur deh, tidak lebih dari 3 (tiga) orang) , dan masing - masing selalu mengambil tema yang itu - itu saja setiap kali beliau - beliau ini mendapat kesempatan untuk mengambil Apel pagi.
Misalnya, Pak Polan selalu mengambil tema seputar pengalamannya bertugas di wilayah - wilayah yang selalu diembel - embeli dengan disiplin, disiplin, dan disiplin (bukan diselipin lho ya..he..he..he..), lalu Pak Pilon selalu mengambil tema tentang kinerja, kinerja, dan kinerja, sedangkan Pak Plo'on selalu mengambil tema seperti yang telah saya beberkan di awal tulisan ini.
Harapan saya, semoga beliau - beliau ini mau tergerak hatinya untuk mengubah sikap dalam mengambil Apel pagi di kantor saya. Semoga...

Pater Noster

Oleh : Andi Sardono

In nomine Patris et Filli et Spiritu Sancti, amen.

Pater noster qui es in caelis,
Sancti ficetur nomen tuum,
Ad veni at regnum tuum,
Fiat voluntas tua,
Sicut in caelo et in terra,
Panem nostrum cotidianum da nobis hodie,
Et dimite nobis de bita nostra,
Sicut et nos dimitimus,
De bitoribus nostris,
Et ne nos in ducas in tentationem,
Sed liberanos amalo,
Quia tuum es regnum,
Et potestas,
Et gloria in saecula,
Amen.

In nomine Patris et Filli et Spiritu Sancti, amen.

Senin, 18 Mei 2009

Mengenal Roh Kudus dalam GerejaNYA

Oleh : Andi Sardono

Beberapa hari lagi, Gereja Katholik akan merayakan Pesta Pentakosta, yaitu peristiwa turunnya Allah Roh Kudus ke atas para RasulNya yang adalah cikal bakal Gereja Katolik sebagaimana dijanjikan Tuhan Yesus Kristus sebelum Dia naik ke Surga. Oleh karenanya, tidak berlebihan kiranya jika peristiwa Pentakosta dikatakan juga sebagai hari lahir GerejaNya yang satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik.

Sebagai warga Gereja, apa makna Pentakosta bagi kehidupan kita sehari – hari? Tidak lain dan tak bukan, turunnya Roh Kudus ke atas para RasulNya menjadi bermakna ketika kita sungguh – sungguh hidup dalam persatuan utuh dengan Yesus Kristus (yang sekaligus adalah Kepala Gereja) dalam doa, Ekaristi, dan karya nyata, sebagaimana diteladankan oleh para RasulNya dan Bunda Maria sebagai Bunda Gereja dalam persatuan utuh dengan Kristus Yesus.
Karya nyata Roh Kudus dalam Gereja Katholik sendiri sungguh terasa, setidaknya ini terbukti dengan tetap berdiri kokohnya Gereja Kaholik selama kurang lebih 2009 tahun lamanya. Tidak seperti denominasi dalam Protestan yang mudah sekali terpecah belah, Gereja Katholik tetap berdiri kokoh karena Allah Roh Kudus selalu menjaga dan menyucikan GerejaNya yang dibangun di atas batu karang ini.

Berkaitan dengan karya Roh Kudus dalam GerejaNya, ada beberapa istilah yang kemudian muncul tapi sering disalahartikan. Berikut adalah penjelasannya :

1. Kharisma

Kata “kharisma” sendiri berarti : karunia / anugerah Roh Kudus. Tapi, tidak semua rahmat Roh Kudus dapat disebut sebagai kharisma. Sebagai suatu rahmat istimewa yang menonjol pada diri seseorang yang memilikinya, kharisma tidak ditampilkan sebagai pameran rahmat, tapi semata – mata pemberian Tuhan bagi orang yang dipilihNya demi pembangunan atau pengembangan GerejaNya, sebagaimana yang tertulis dalam 1 Kor 12:7. Jadi, kharisma diberikan oleh Allah sebagai anugerah khusus untuk menjalankan suatu tugas dengan baik di dalam GerejaNya.

Dengan kata lain, kharisma adalah anugerah iman yang bersifat amat pribadi dan tidak bisa dimiliki oleh setiap orang. Perlu diingat pula bahwa pemberian khusus dari Tuhan bersifat bebas tanpa terikat oleh jasa dari pihak manusia karena memang Allah tidak dapat dipaksa untuk memberi suatu anugerah, seperti misalnya kharisma berbahasa Roh. Tidak bisa pula digelar semacam seminar untuk memaksa Allah memberi kharisma bahasa Roh.

2. Bahasa Roh

Berbahasa Roh berarti berbicara langsung di bawah pengaruh roh, oleh karenanya seringkali tidak mempergunakan kata – kata biasa yang dimengerti oleh orang lain. Walaupun demikian, berbahasa Roh tetap harus dapat diterjemahkan oleh orang yang bersangkutan atau minimal oleh orang lain yang dianugerahi Allah untuk mampu menerjemahkan makna dari bahasa Roh itu sendiri. Hal ini ditegaskan dengan sangat jelas oleh Santo Paulus dalam suratnya kepada umat Katholik di Korintus. Bahkan, meskipun bersyukur karena mendapat anugerah berbahasa Roh, Santo Paulus tidak suka menggunakannya karena tidak bermanfaat bagi orang lain, terutama dalam kaitannya dengan pertemuan – pertemuan jemaat, misalnya dalam Misa, pertemuan ibadah di lingkungan, wilayah, atau kelompok – kelompok kategorial dalam Gereja, seperti dinyatakannya dalam 1 Kor 14:18-19.

Sebagai salah satu kharisma yang diberikan oleh Allah, tentu tujuan berbahasa roh adalah untuk menolong orang lain dan pasti akan mendorong orang yang dianugerahi berbahasa roh itu untuk semakin menyatakan imannya dalam kesatuan utuh dan kerukunan dengan orang – orang beriman dalam GerejaNya dan dengan ketaatan penuh pada pimpinan Gereja atau Hierarki.

Kalau yang terjadi adalah setelah berbahasa Roh orang malah menghujat GerejaNya, maka sudah pasti itu merupakan suatu praktek penyimpangan dari kehidupan iman GerejaNya atau praktek melarikan diri dari realitas kehidupan GerejaNya.

3. Pembedaan Roh

Pembedaan Roh berarti menguji karya roh dalam hati sendiri; bukannya suatu bentuk ketaatan kepada roh saja, tapi juga merupakan bentuk pelibatan diri dalam pembangunan GerejaNya. Kita sering mendengar istilah “prioritas”, karena memang banyak hal yang harus dilakukan sehingga setiap orang harus menentukan mana yang lebih penting, lebih berguna dan terutama lebih sesuai dengan KehendakNYA. Dalam kenyataannya, praktek membedakan roh sudah lazim dilaksanakan orang dari zaman dulu, hanya saja istilahnya semakin popular digunakan.

4. Pencurahan Roh

Pencurahan roh berarti bahwa segala doa permohonan disampaikan kepada Allah agar berkat Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma, hidup kita semakin digairahkan dan dipenuhi dengan kekuasaan Roh Kudus, jadi bukan praktek pencurahan Roh Kudus melalui penumpangan tangan yang dipimpin oleh seorang pemimpin ibadat diikuti oleh segenap umat yang hadir lalu diikuti oleh penggunaan berbahasa roh secara serampangan. Kalau itu yang terjadi, maka itu adalah salah satu bentuk sakrilegi atau penghujatan atas karya Roh Kudus dalam GerejaNYA.

Melalui Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma, setiap orang beriman Katolik menerima Roh Kudus dalam hati kita, sehingga jika tidak berhati – hati, penggunaan istilah pencurahan roh dapat mengaburkan makna Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma.

Dalam Konsili Vatikan II ditegaskan pula bahwa kita diharapkan terbuka akan karya Roh Kudus dan segala karunia – NYA, untuk kemudian mau melayani Gereja dengan penuh kasih tanpa pamrih, taat pada hierarki, serta memelihara kesatuan dan kerukunan dengan semua umat beriman dalam GerejaNYA yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik. Selamat merayakan Pentakosta bagi kita semua.

Kamis, 07 Mei 2009

Tentang Global Warming

Oleh : Andi Sardono
Panas yang menyengat terasa sekali membakar kulit saya yang memang sudah hitam legam akhir - akhir ini. Gak percaya? Coba saja Anda berjalan - jalan di pinggiran jalan raya Kota Jakarta (di mana aja, yang penting masih di seputaran Kota Jakarta).

Saya jadi teringat akan isu yang sedang hangat dibicarakan di tingkat dunia sekarang ini (bahkan, tidak kalah hangatnya dibandingkan dengan pemberitaan seputar dugaan keterlibatan Ketua KPK Antazari Azhar dalam pembunuhan Nazruddin Zulkarnaen dan berita seputar KDRT yang diduga menimpa Manohara Odelia Pinot), yaitu tentang Global Warming (bukan "Gombalnya Mbok Ning" lho ya, he..he..he..)

Di tengah semakin meningkatnya suhu di permukaan bumi akhir - akhir ini, mungkin gak ada salahnya kalau kita semakin menggalakkan Gerakan Menanam Pohon, minimal 1 (satu) orang diharapkan mau menanam 1 (satu) buah pohon. Kalau gak bisa menanam di pinggir jalan raya (karena ya gak mungkinlah,he..he..he..kecuali mungkin kalau kita mengantungi ijin dari Dinas Pertamanan Propinsi atau Kabupaten/Kotamadya setempat), ya marilah menanam di halaman rumah kita sendiri.

Ini saya sampaikan bukan karena saya dan istri gemar menanam dan merawat tanaman di halaman rumah kami, lho ya. Tapi, semata - mata demi terciptanya dan terjaganya udara bersih di udara di mana pun kita berada. Pernah lihat film - film produksi Hollywood yang mengambil setting tahun 2032 atau puluhan tahun ke depan gak? Di film - film itu, digambarkan bahwa kondisi dan situasi Bumi jauh berubah. Tidak ada lagi tanaman atau tumbuh - tumbuhan yang hidup di bumi ini. Yang ada hanya tanah gersang di mana - mana, lengkap dengan manusia dan robot yang berseliweran di sana - sini. Udara bersih menjadi sangat langka, karena suplai udara bersih disediakan oleh sebuah mesin besar bertenaga raksasa yang menjamin ketersediaan udara bersih untuk beberapa waktu lamanya bagi seisi penduduk sebuah kota. Kebayang gak, bagaimana jika seandainya mesin penyedia udara bersih nan instan itu tiba - tiba ngadat karena kehabisan bahan bakar atau salah satu komponennya aus karena dipaksa selama 24 jam nonstop 7 hari seminggu 31 hari sebulan dan 365 hari setahun harus hidup terus untuk "menghidupi" orang - orang yang tinggal di kota itu.

Makanan yang didapat pun bukan berasal dari tumbuh - tumbuhan segar lagi, melainkan dari proses produksi yang tentunya banyak mengandung zat - zat kimia. Air minum diperoleh dari air limbah kotoran manusia yang disuling menjadi air minum lagi (hiih..kebayang menjijikkan banget ya..)

Maka dari itu, gerakan penyelamatan muka bumi ini dari bahaya Global Warming sudah sangat mendesak dan sangat penting untuk menjadi perhatian kita semua. KTT yang telah diselenggarakan beberapa waktu lalu di Bali menghasilkan beberapa komitmen awal untuk mulai menggagas sebuah aksi bersama yang diharapkan mendapat dukungan penuh dari beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat yang tergabung dalam sebuah kelompok negara industri.

Lantas, apa bentuk dukungan kita sebagai bagian dari warga dunia yang turut menghuni bumi tercinta ini untuk mengantisipasi bahaya Global Warming itu?

Banyak sekali, di antaranya dengan memulai gerakan membuang sampah pada tempatnya (jangan sekali - kali membuang puntung rokok yang masih menyala ke atas tumpukan daun kering atau ranting kering karena dapat menyulut terjadinya kebakaran lahan), gerakan memanfaatkan sampah yang dapat diaur ulang menjadi produk yang ramah lingkungan (ingat, sudah bukan jamannya lagi membakar sampah karena hanya menghasilkan kepulan asap sisa pembakaran sampah yang tentunya mengundang bahaya polusi udara yang ujung - ujungnya dapat merusak paru - paru), gerakan menanam pohon di sekitar kita (boleh di halaman atau di lahan kritis yang sudah tidak ada pohon atau tanaman lagi alias gundul), dan sekian banyak lagi bentuk dukungan dari kita untuk turut menyukseskan gerakan penyelamatan muka bumi dari bahaya Global Warming.

Kalangan industri pun sudah saatnya diingatkan untuk memperbaharui sistem kerja alat - alat produksi mereka yang sebelumnya hanya membuang limbah yang berbahaya menjadi pengolah limbah yang ramah lingkungan sebelum dibuang ke luar. Dengan demikian, diharapkan limbah yang ramah lingkungan tadi dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat menjadi barang - barang yang berdaya guna.

Tantangan terbesar mungkin dialami oleh negara - negara berkembang yang tentunya sangat berantusias untuk mengembangkan perekonomian negaranya dengan menggenjot sektor industri mereka, tapi di sisi lain malah mengakibatkan kehancuran bagi kelangsungan alam lingkungan di negara - negara berkembang tersebut. Maka, gak salah juga kalau kelompok negara - negara industri papan atas diminta kepedulian mereka untuk bersama - sama mengantisipasi bahaya Global Warming dengan menopang kebutuhan negara - negara berkembang untuk memajukan industri yang ramah lingkungan.

Singkat kata, kita semua perlu terus turut terlibat dalam setiap aksi antisipasi Global Warming. Kalau bukan kita, siapa lagi?