Powered By Blogger

Rabu, 24 Juni 2009

Menghargai Martabat dan Jabatan Imamat seturut Teladan dan Kesaksian Iman Para Kudus Allah

Oleh : Andi Sardono
Selama 1 (satu) tahun ke depan (terhitung mulai tanggal 19 Juni 2009 hingga 19 Juni 2010), kita diajak oleh GerejaNYA untuk bersama – sama mendukung berlangsungnya Tahun Imam, tahun yang didedikasikan oleh GerejaNYA untuk berbicara secara khusus kepada para Imam dan secara umum kepada semua umat beriman dan seluruh masyarakat luas bahwa GerejaNYA berbangga dengan para imamNYA, mencintai mereka, menghormati mereka, mengagumi cara hidup mereka, dan sekaligus GerejaNYA mengakui dengan penuh rasa syukur karya pastoral dan kesaksian hidup para imam tersebut (Claudio Cardinal Hummes, Uskup Agung Emeritus Sao Paolo, Prefek Kongregasi Kudus).
Sambil menyimak dan merenungkan bacaan Injil hari Minggu tanggal 12 Juli 2009 yang diambil dari Injil St. Markus 6:7 – 13, kita akan bersama – sama pula menyimak dari tulisan ini tentang gagasan martabat dan jabatan imamat yang disampaikan oleh para Kudus Allah dan Bapa GerejaNYA. Berikut adalah kesaksian para Kudus Allah dan Bapa GerejaNYA seperti dikutip dari tulisan tentang Martabat dan Jabatan Imamat yang disusun oleh St. Alfonsus Maria de Liguori (salah seorang Doktor Gereja yang wafat pada tahun 1787 di usia 91 tahun) :
- St. Ignasius (martir) berkata bahwa imamat adalah martabat yang paling luhur dari segala martabat yang ada. Dengan kata lain, puncak segala martabat adalah imamat.
- St. Efrem berucap bahwa imamat adalah suatu martabat yang tak terhingga dan merupakan suatu mukjizat yang menakjubkan, yang agung, yang dahsyat, dan yang tak terhingga.
- St. Yohanes Krisostomos berujar bahwa walau tugas – tugas imamat dilakukan di seluruh dunia, tapi imamat sesungguhnya terhitung di antara hal – hal surgawi. Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa barangsiapa menghormati imam, berarti menghormati Kristus. Barangsiapa menghina imam, berarti pula menghina Kristus.
- Cassian berkata bahwa imam Tuhan mengungguli segala kekuasaan duniawi dan mengungguli segala kekuasaan surgawi. Imam lebih rendah hanya dari Allah saja.
- Paus Innosensius III bersaksi bahwa imam berada di antara Tuhan dan manusia; lebih rendah dari Allah, tapi lebih tinggi dari manusia.
- St. Dennis berkata bahwa imam adalah manusia ilahi, sehingga imamat adalah suatu martabat ilahi.
- St. Maria dari Oignies sangat menghormati martabat imamat, sehingga ia tak segan – segan mencium tanah yang dilewati oleh para imam.
Dari semua kesaksian di atas, St. Alfonsus Maria de Liguori mengajak kita semua untuk mengetahui bahwa Kristus Yesus telah mengatakan bahwa kita wajib memperlakukan para imam GerejaNYA seperti kita memperlakukanNYA sebagaimana dikutip dari Injil, ” Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku.”
Selain dari beberapa point di atas, St. Alfonsus Maria de Liguori juga membagi penilaian martabat imamat berdasarkan kodrat jabatannya yang luhur, berdasarkan kuasa yang dimiliki para imam atas Tubuh Nyata dan Tubuh Mistik Kristus, dan berdasarkan tingginya posisi yang diduduki oleh para imam. Berikut ini adalah penjelasan singkat dari tulisan beliau :
1. Berdasarkan kodrat jabatannya yang luhur.
Melalui GerejaNYA, Allah telah memilih para imamNYA untuk menyelenggarakan segala urusan dan perhatianNYA di dunia ini, sehingga St. Sirilus dari Alexandria berkata bahwa jabatan yang dipercayakan kepada para imam adalah sungguh ilahi. Bahkan, St. Ambrosius menyebutkan jabatan imamat sebagai profesi ilahi. Allah telah menetapkan para imamNYA sebagai pelayan untuk menjadi duta umum bagi GerejaNYA, untuk menghormatiNYA, dan untuk memohonkan rahmat – rahmat dari Allah bagi segenap umat beriman. Tanpa kehadiran seorang imam, GerejaNYA tidak dapat mempersembahkan penghormatan kepadaNYA sebesar Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh para imamNYA. Tanpa imam, persembahan GerejaNYA hanya berarti sebagai persembahan kurban hidup segenap manusia. Bandingkan dengan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh seorang imam sebagai wujud penghormatan kepada Tuhan yang jauh lebih besar dari semua yang telah diberikan (maupun yang akan diberikan) kepada Tuhan oleh segenap para Malaikat dan para KudusNYA (bersama St. Perawan Maria). Mengapa? Karena sembah sujud mereka tidak memiliki nilai yang tak terhingga dibandingkan dengan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh imamNYA kepada Tuhan di altar GerejaNYA.
2. Berdasarkan kuasa yang dimiliki oleh para imam atas Tubuh Nyata dan Tubuh Mistik Kristus.
Kuasa imam atas Tubuh Nyata Kristus berkaitan erat dengan pendarasan kata – kata konsekrasi oleh para imam GerejaNYA. Inkarnasi SabdaNYA membuat Kristus Yesus taat dan datang ke dalam tangan – tangan para imam dalam rupa Sakramental. Ketika imam berucap “HOC EST CORPUS MEUM”, Kristus hadir dan turun ke atas altar dalam Tubuh dan DarahNYA. Para imam dapat dengan leluasa memindahkan Tubuh dan DarahNYA dari satu tempat ke tempat lainnya, membagikanNYA kepada segenap umat yang hadir dalam Perayaan Ekaristi, mengunciNYA dalam tabernakel, mentahtakanNYA di atas altar atau membawaNYA keluar untuk dibagikan kepada umat beriman yang terbaring lemah karena sakit. Tentang hal ini, St. Laurensius Justinian berkomentar, ”Oh, betapa amat dahsyat kuasa mereka.”
Sedangkan, kuasa imam atas Tubuh Mistik Kristus (yaitu segenap umat beriman dalam GerejaNYA) berkaitan dengan kuasa kunci yang dimiliki oleh setiap imam (sebagai pewaris kuasa St. Petrus) untuk membebaskan para pendosa dari neraka, membuat para pendosa layak memasuki Firdaus, dan mengubah para pendosa dari budak setan menjadi anak – anak Allah. Kuasa itu ditunjukkan oleh para imam di kamar pengakuan dosa ketika mereka melayani Sakramen Pengakuan Dosa. Para imam memiliki kuasa untuk menentukan apakah si pendosa layak untuk mendapatkan absolusi atau tidak dan Kristus sendiri wajib tunduk pada keputusan yang diambil oleh para imamNYA. Ini diperkuat oleh kesaksian St. Maximus dari Turin, ”Begitulah kuasa penghakiman yang diserahkan kepada St. Petrus, bahwa keputusan tersebut membawa serta dengannya keputusan Allah.” St. Petrus Damianus menulis bahwa penghakiman imam mendahului, dan Tuhan mengikuti. Karenanya, St. Yohanes Krisostomus menyimpulkan, “Tuan penguasa alam semesta hanya mengikuti hambaNYA dalam meneguhkan di Surga segala hal yang telah diputuskan hambaNYA itu di bumi.” Tidak berlebihan jika St. Ignasius (martir) mengajak kita untuk berpikir bahwa para imam adalah penyalur rahmat – rahmat ilahi dan sahabat karib Tuhan.
3. Berdasarkan tingginya posisi yang diduduki oleh para imam.
Dalam Sinode Chartres tahun 1550, jabatan imamat disebut kursi para Kudus. Mereka disebut sebagai Vikaris Yesus Kristus, sebab mereka menduduki tempatNYA di dunia. Kepada para imam, St. Agustinus berkata, ”Kalian menduduki tempat Kristus, sebab itu kalian adalah wakilNYA.” Dalam Konsili Milan, St. Carolus Borromeus menyebut para imam sebagai wakil pribadi Tuhan di dunia. Sebelum dia, para rasul berkata, “Bagi Kristus, kami adalah utusan – utusan; Tuhan seolah didesak oleh kami. Ketika Dia naik ke surga, Yesus Kristus memberikan tempatNYA di dunia kepada para imamNYA sebagai pengantara antara Tuhan dan manusia, teristimewa di altar.”
Demikianlah, uraian singkat tentang martabat dan jabatan imamat yang kita ambil dari kesaksian iman para Kudus Allah dan Bapa GerejaNYA. Sebagai umat GerejaNYA, kita semua tentu sangat diharapkan untuk mendukung para imam GerejaNYA dalam menggeluti spiritualitas imamat yang mereka terima agar tugas pelayanan yang mereka emban dapat dilaksanakan sesuai panggilan imamat mereka. Bagi kita, semoga teladan dan kesaksian iman para Kudus Allah dan Bapa GerejaNYA seperti tertulis di atas membangkitkan kesadaran kita semua untuk mau menghormati dan menghargai martabat dan jabatan imamat.

Tidak ada komentar: