Powered By Blogger

Senin, 02 Juni 2014

In nomine Patris et Filii et Spiritu Sancti. Amen.

Bagi yang ingin menyewa mobil Suzuki APV untuk antar jemput karyawan, antar jemput bandara, sewa 24 jam atau sewa 12 jam atau sewa per jam, silahkan hubungi no.Hp berikut ini :

- 081314294587
- 087881602428

Terima kasih.

Selasa, 30 Maret 2010

Mengenali Faktor Risiko Penyalahgunaan Narkoba pada Pelajar dan Mahasiswa (Oleh : Andi Sardono)

In nomine Patris et Filii et Spiritu Sancti. Amen

Kita tentu semua sepakat bahwa Narkoba sungguh berbahaya bagi kelangsungan generasi muda negeri ini. Masalahnya adalah seberapa besar faktor risiko kalangan pelajar dan mahasiswa yang menyalahgunakan Narkoba? Pertanyaan ini tentu menggelitik kita semua dalam mewaspadai bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di kalangan anak muda kita, tak terkecuali Orang Muda Katholik. Selanjutnya, tulisan di bawah ini hanya akan mengupas dan menjelaskan secara singkat salah satu asumsi yang dipakai dalam survei itu, yaitu faktor risiko pelajar dan mahasiswa yang mengkonsumsi Narkoba.

Faktor risiko pertama adalah prestasi di sekolah rendah. Dari sekian sampel yang diteliti, ternyata angka pelajar dan mahasiswa penyalahguna Narkoba yang memiliki nilai di bawah rata-rata sangat tinggi. Hal ini dapat dimaklumi mengingat sebagian besar jenis Narkoba yang dikonsumsi para pelajar dan mahasiswa penyalahguna Narkoba rata-rata menyebabkan fungsi otak terganggu dalam menyerap materi pelajaran atau kuliah yang mereka terima. Sangat mustahil atau bahkan tidak mungkin ditemukan suatu kasus di mana pelajar atau mahasiswa yang mengkonsumsi Narkoba menjadi berprestasi atau minimal memiliki nilai sedang pada rata-rata kelas di sekolah atau nilai indeks prestasi semester di kampusnya.

Masih terkait dengan faktor risiko pertama di atas adalah faktor risiko kedua yaitu meningkatnya absensi dan tinggal kelas yang dialami para pelajar dan mahasiswa yang terjerat penyalahgunaan Narkoba. Umumnya, para pelajar dan mahasiswa pengguna Narkoba akan memilih untuk tetap bersembunyi dalam kamar kostnya atau kamar rumahnya yang gelap sementara para orang tua mereka pergi bekerja atau rekan-rekan satu kost mereka pergi bersekolah atau kuliah. Beberapa jenis Narkoba ditengarai memang dapat menyebabkan mereka mengalami halusinasi dan ketakutan untuk melihat dunia luar, cahaya lampu, ataupun sinar matahari. Akhirnya, mereka menjadi lupa untuk belajar sehingga mengalami ketertinggalan dengan rekan-rekannya dalam setiap kenaikan kelas di sekolahnya atau kenaikan nilai indeks prestasi dan jumlah mata kuliah berdasarkan kuota SKS di kampusnya.

Selanjutnya, faktor risiko ketiga adalah kurangnya kemampuan mereka bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Penyebabnya sama seperti pada faktor risiko kedua di atas, yaitu mereka mengalami paranoid, halusinasi, dan penyempitan pupil mata ketika melihat sinar matahari atau cahaya lampu akibat mengkonsumsi Narkoba. Hal ini berakibat pada keinginan mereka untuk selalu menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang-orang di sekitar mereka, sedekat apapun orang-orang tersebut terhadap mereka. Tidak heran jika ada banyak keluarga yang anaknya adalah pelajar atau mahasiswa yang terkena Narkoba mengaku tidak tahu bahwa anaknya menggunakan barang haram itu.

Penyalahgunaan Narkoba oleh para pelajar dan mahasiswa juga menimbulkan faktor risiko keempat yaitu mereka tidak memiliki ketrampilan atau keahlian. Sehari-hari yang tersimpan dalam memori kepala mereka adalah keinginan untuk terus dan terus mengkonsumsi Narkoba, tidak ada keinginan yang lainnya lagi. Sebagian besar, hal ini juga diperparah oleh sikap para orang tua mereka yang cenderung memanjakan mereka dengan fasilitas mewah yang dimiliki oleh para orang tua tersebut tanpa mengetahui tingkat kecanduan anak-anak mereka yang gemar mengkonsumsi Narkoba. Kondisi ini mengakibatkan jumlah para pecandu Narkoba dari kalangan pelajar dan mahasiswa tidak seluruhnya dapat kita ketahui.

Berikutnya adalah faktor risiko kelima yaitu keterlibatan para pelajar dan mahasiswa penyalahguna Narkoba pada aktivitas antisosial dan tindak kejahatan. Tingkat adiksi mereka akan Narkoba mendorong mereka untuk menghalalkan segala cara demi mendapatkan barang haram itu dari tangan para bandar atau pengedar Narkoba. Bahkan, satu per satu harta benda di rumah atau kamar kost mereka habis terjual untuk memuaskan keinginan mereka. Tak hanya sampai di situ, banyak kasus pencurian dan aksi kriminalitas lainnya yang berhasil diungkap oleh pihak kepolisian ternyata melibatkan juga para pelajar dan mahasiswa pecandu Narkoba.

Yang terakhir tapi juga tidak kalah memprihatinkan kita semua adalah faktor risiko keenam, yaitu timbulnya perilaku merusak diri, sikap agresif, dan cemas berlebihan. Perilaku merusak diri umumnya mereka lakukan dengan cara menyilet kulit luar bagian tubuh (biasanya lengan atau perut) mereka yang sebelumnya telah disuntikkan jenis Narkoba tertentu. Setelah kulitnya terbuka dan mengeluarkan darah, mereka segera menghisap darah mereka sendiri demi mendapatkan “kenikmatan” mengkonsumsi Narkoba. Oleh karenanya, salah satu ciri khas menonjol dari kalangan pengguna Narkoba adalah banyaknya bekas luka sayatan pada lengan mereka dan tubuh mereka. Sedangkan sikap agresif yang mereka perlihatkan adalah ketika ada orang atau pihak lain yang menghalangi keinginan mereka untuk mengkonsumsi Narkoba, maka mereka tidak akan segan berbalik menyerang orang atau pihak lain itu. Dibutuhkan ketrampilan tersendiri bagi kaum keluarganya untuk mencegah dan membujuk pelajar dan mahasiswa mereka yang kecanduan Narkoba untuk berhenti dan menjalani proses terapi dan rehabilitasi di tempat-tempat yang ada di daerahnya. Cemas berlebih mereka tunjukkan ketika mereka ketakutan di ruangan kamar nan gelap gulita ketika didatangi anggota keluarga atau pihak yang berkepentingan membawa mereka untuk menjalani proses terapi dan rehabilitasi.

Jika ada pelajar dan mahasiswa Katholik sebagai bagian terintegrasi dari Orang Muda Katholik (OMK) mau menyimak dan membaca tulisan di atas, maka pertanyaan selanjutnya adalah masihkah mereka semua berani bertahan terhadap bahaya penyalahgunaan Narkoba dan tetap bersemangat untuk berkata tidak pada Narkoba? Jawabannya tergantung pada mereka semua.

Perayaan Paskah dalam Tahun Imam (Oleh : Andi Sardono)

In nomine Patris et Filii et Spiritu Sancti. Amen

Jika kita perhatikan, kronologi Perayaan Paskah tahun 2010 ini terbilang istimewa karena dirayakan pada Tahun Imam yang didedikasikan oleh Gereja Katholik untuk menghormati martabat dan hakekat Sakramen Imamat. Terkait dengan hal itu, tidak ada salahnya jika kita melihat kembali makna perayaan mulai dari Perayaan Minggu Palma hingga Minggu Paskah dari sisi Tahun Imam yang masih berlangsung ini. Penarikan benang keterkaitan dalam tulisan ini murni dikembangkan dari penghayatan akan setiap peristiwa dan beberapa bacaan Injil yang disajikan dalam setiap perayaan selama Pekan Suci kemarin. Berikut ini adalah uraiannya :

1. Minggu Palma
Bacaan awal pada pemberkatan daun-daun palma diambil dari Lukas 19:28-40. Kita dapat membaca bahwa kedatangan Kristus Yesus ke Yerusalem untuk menggenapi peristiwa penganiayaan hingga penyaliban diri-Nya telah dimulai dengan penyambutan oleh segenap rakyat Israel akan kedatangan-Nya yang dianggap sebagai Raja yang kelak diharapkan oleh mereka akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan bangsa Romawi dan mencapai kejayaan sebagai bangsa Israel seutuhnya sebagaimana pernah terjadi dalam era Perjanjian Lama. Dalam kerangka Tahun Imam sekarang ini, sangat diharapkan tentunya kita bersama Gereja-Nya melalui tangan dan teladan iman para Imam-Nya menyambut kedatangan Kristus Yesus sebagai Raja sekaligus menghayati makna pengorbanan Kristus yang mau datang ke Yerusalem untuk menyerahkan diri-Nya menjalani kisah sengsara hingga penyaliban-Nya kelak. Ambil bagian dalam martabat Rajani Kristus bisa kita mulai dengan berkorban bagi keselamatan jiwa sesama kita dan kemuliaan-Nya sehingga Kristus Yesus semakin dikenal oleh setiap orang sesuai Iman Katholik dari para Rasul-Nya. Hal ini sekaligus diingatkan oleh Gereja-Nya dari Bacaan Injil Minggu Palma yang diambil dari Lukas 23:1-49 yang memuat Kisah Sengsara Kristus hingga wafat-Nya di kayu salib.

2. Kamis Putih
Peristiwa pembasuhan kaki para Rasul oleh Kristus Yesus, penetapan Perjamuan Ekaristi, dan penghormatan akan Tubuh dan Darah Kristus menjadi sentra perhatian kita dalam Perayaan Kamis Putih itu. Ketiga peristiwa itu sekaligus mengingatkan kita kembali akan makna saling melayani dan merasakan Tubuh dan Darah Kristus yang telah mengalami transubstansiasi dalam setiap Perayaan Ekaristi yang kita ikuti. Sejalan dengan itu, Tahun Imam yang dipersembahkan oleh Gereja-Nya membawa kita sebagai kaum awam untuk mendukung penuh karya pelayanan para Imam untuk membawa semakin banyak jiwa mengalami persatuan utuh nan membahagiakan dengan Tubuh Mistik Kristus (ialah Gereja-Nya) dengan Santo Petrus sebagai batu karang-Nya yang teguh. Mengikuti setiap Perayaan Ekaristi dengan sikap kerendahhatian dan ketulusan sejati serta tidak menganggap remeh dan rendah saudara-saudara seiman yang tidak mengikuti kegiatan kelompok kita tentulah sangat bertentangan dengan semangat Kamis Putih itu.

3. Jumat Agung
Penghormatan akan Kayu Salib yang menjadi saksi bisu akan wafat Kristus Yesus dan serangkaian peristiwa sengsara dan penyaliban diri-Nya menjadi sentra perhatian kita sekalian dalam Perayaan Jumat Agung itu. Perjuangan Kristus Yesus sebagai Allah yang memanusia mendapat penekanan dalam perayaan yang mengharukan itu. Kaitannya dengan Tahun Imam ini, kita tentu ingat kembali akan perjuangan hidup dan tantangan kita masing-masing dalam mewartakan Iman Katholik kita terutama jika dihubungkan dengan pergaulan sosial kita dengan orang-orang yang tidak seiman dengan kita. Teladan hidup para Imam-Nya dalam membina relasi dengan orang-orang yang tidak seiman kiranya dapat memacu semangat kita untuk terus bersaksi sebagai umat-Nya di tengah toleransi kehidupan beragama yang sekarang sedang menjalani ujian berat di negeri tercinta ini.

4. Sabtu Malam Vigili Paskah
Pembaruan Janji Baptis menjadi sentra perhatian kita dalam Perayaan Malam Vigili Paskah itu. Sebagai pengikut Kristus, kita diingatkan kembali oleh Gereja-Nya untuk turut serta mendukung penuh dan mengemban misi karya penyelamatan Allah melalui teladan hidup para Rasul-Nya sebagai Imam perdana dalam Gereja-Nya. Potret nyata para Rasul-Nya kini nyata dalam para Imam Gereja-Nya yang tidak henti-hentinya memberi teladan kita akan Janji Baptis yang sudah semestinya kita laksanakan dalam hidup sehari-hari. Ini adalah konsekuensi logis dari pilihan kita untuk mengikuti Kristus dalam Gereja-Nya.

5. Minggu Paskah
Sukacita para murid-Nya mendapati kubur Yesus yang kosong menandakan bahwa Kristus telah bangkit. Jika kita melihat kembali sejarah awal Gereja-Nya, maka kita lihat bahwa sukacita tersebut tidak berhenti sampai di situ. Para murid-Nya kemudian melaksanakan tugas perutusan dari-Nya mewartakan dan menabur benih Iman Katholik ke seluruh penjuru dunia. Mereka menghayati dengan sungguh martabat Imamat yang mereka peroleh dari Yesus. Sebagai kaum awam, kita pun turut mengemban tanggung jawab yang sama walau kita tidak memiliki martabat Imamat yang sakramental seperti yang dimiliki oleh para Imam-Nya itu.

Singkat kata, melalui Perayaan Paskah kita diajak oleh Tuhan untuk mau memulai hidup baru lagi seturut teladan para Imam-Nya, bukan demi tujuan dan ambisi pribadi kita tapi demi kemuliaan Allah dalam Bahtera yang Satu dan Katholik menuju Pelabuhan terakhir yang telah dijanjikan-Nya untuk kita semua.

Kamis, 04 Februari 2010

Prihatin dengan Sikap Anarkis Para Penumpang KRL

In nomine Patris et Filii et Spiritu Sancti. Amen
Dalam situs ini, http://id.news.yahoo.com/viva/20100203/tid-penumpang-sempat-bajak-kereta-bfaaf2f.html, kita lihat betapa sangat anarkisnya para penumpang KRL Jabodetabek yang ngakunya komuter dalam memanfaatkan moda transportasi murah meriah milik rakyat itu.
Kita bisa bayangkan, betapa bahayanya mereka seandainya tetap nekad menaiki dan menduduki atap KRL yang bersinggungan dengan kabel listrik tegangan tinggi. Kalau mereka tersetrum listrik dan jatuh ke bawah, tentu akibatnya sangat fatal bagi mereka.
Memang, kebijakan Pemerintah melalui Perumka dengan tetap menyediakan moda transportasi murah meriah ini hendaknya dapat disikapi dengan bijaksana oleh masyarakat pengguna KRL. Sikap bijaksana itu misalnya dengan mau menjaga kebersihan dan kenyamanan dalam ruang KRL (misalnya tidak berteriak-teriak "kesetanan" atau ketawa cekakakan seolah KRLnya itu milik nenek moyangnya sendiri sambil senggol kanan senggol kiri alias melakukan pelecehan seksual yang dapat memancing tindak kriminal lainnya dalam KRL).
Perilaku sebagian oknum pengguna KRL itu memang sudah harus ditertibkan demi kenyamanan pengguna KRL secara umum. Sebagai misal, KRL AC Ekonomi atau KRL Express AC yang notabene lebih nyaman karena berfasilitas pendingin udara alias AC, ternyata malah menjadi tidak nyaman karena ulah sebagian penumpangnya yang tidak mendapat tempat duduk kemudian menggelar kursi kecil di lantai KRL untuk duduk. Ulah mereka kontan saja dapat mengganggu kenyamanan penumpang lainnya yang berdiri sambil berpegangan pada besi pegangan melintang yang tersedia di KRL. Para penumpang lainnya menjadi kesulitan untuk menjaga keseimbangan badannya saat berdiri atau terhalang posisi duduk sebagian penumpang yang tak tahu diri itu ketika hendak keluar dan masuk melalui pintu keluar masuk samping kiri dan kanan dalam gerbong KRL.
Lucunya, mereka selalu saja teriak-teriak menuntut pemerintah membenahi sistem pelayanan KRL Jabodetabek itu. Padahal, mereka-merekalah yang sangat berperanan besar dalam menyebabkan ketidaknyamanan penumpang lainnya yang sama-sama menggunakan angkutan murah meriah ini.
Maka, jika Anda yang kebetulan menggunakan KRL Jabodetabek itu kebetulan membaca sekilas uneg-uneg ini, maka saya sarankan agar Anda berprilaku selayaknya sebagai pengguna KRL Jabodetabek. Jika tidak bisa, jangan salahkan petugas stasiun atau petugas KRL datang menertibkan Anda dengan segala kewenangan yang mereka miliki.
(Dimuat juga dalam http://andisardonossi.multiply.com)

Senin, 21 Desember 2009

Doa Katholik secara Latin

In nomine Patris et Filii et Spiritu Sancti. Amen.

Pater Noster

Pater noster
qui es in caelis
Sanctificetur nomen tuum
Adveniat regnum tuum
fiat voluntas tua,
Sicut in caelo et in terra
Panem nostrum quotidianum da nobis hodie
et dimitte nobis debita nostra
sicut et nos dimittimus debitoribus nostris.
Et ne nos inducas in tentationem
sed libera nos a malo.
Amen.

Ave Maria

Ave Maria, gratia plena,
Dominus tecum,
benedicta tu in mulieribus,
et benedictus fructus ventris tui, Jesus.
Sancta Maria, Mater Dei,
ora pro nobis peccatoribus, nunc, et in hora mortis nostrae.
Amen.

Senin, 12 Oktober 2009

Peran Serta dalam Karya Pelayanan Gereja (Oleh : Andi Sardono)

Di Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya, partisipasi umat beriman dalam kehidupan GerejaNya selalu dilihat oleh para pemerhati Gereja sebagai hal yang menggembirakan. Salah satu indikatornya adalah bermunculannya banyak kelompok kategorial yang melibatkan kaum awam beriman sebagai anggota dan (beberapa di antaranya) bertindak sebagai penggerak kelompok – kelompok tersebut. Tentunya, kehadiran dan kegiatan kelompok – kelompok kategorial itu sangat berarti bagi karya pelayanan Gereja di Tanah Air kita.
Namun, jika tidak disadari dan diantisipasi, ada bahaya besar yang dapat timbul dari kehadiran sekian banyak kelompok tersebut, yaitu munculnya persaingan tidak sehat dan melemahnya semangat pelayanan di antara mereka. Yang terjadi kemudian, kelompok satu sama lain saling menjatuhkan dan merasa diri paling benar dalam posisi dan kedudukannya di GerejaNya. Misalnya, ada satu kelompok yang merasa diri mempunyai hubungan paling dekat dengan Bunda Maria dan menganggap yang lainnya tidak dekat dengan Bunda Maria. Ada pula kelompok lainnya yang mengklaim berhubungan paling intens dengan Roh Kudus dan menganggap yang lainnya jauh dari Roh Kudus, dan sekian banyak contoh lainnya lagi.
Bacaan Injil hari ini (Minggu tanggal 18 Oktober 2009) dari Markus 10:35 – 45 secara tidak langsung mengingatkan kita akan tugas pokok yang kita emban sebagai bagian integral dan tak terpisahkan dari GerejaNya, yaitu tugas melayani. Kristus Yesus meminta para RasulNya ketika itu untuk mendukung karya pewartaanNya dengan hidup saling melayani satu sama lain sebagai sesama anggota GerejaNya. Puji Tuhan, walau sebelumnya mereka terlibat pertengkaran dengan St. Yakobus dan St. Yohanes tentang siapa yang terbesar di antara mereka, tapi kelak di kemudian hari mereka hidup saling melayani satu sama lain dalam tugas pewartaan GerejaNya hingga ke beberapa penjuru dunia.
Dalam kaitan dengan bacaan tersebut, Gereja juga menegaskan kembali ajakan Yesus tersebut seperti yang tertuang dalam Katekismus Gereja Katholik (KGK) No. 897 yang intinya kita semua dipanggil olehNya untuk turut serta mengambil bagian dalam pelaksanaan tugas Kristus yang adalah Kepala Gereja, yaitu dalam tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus.
Sebagai bagian dari umat beriman, ketiga tugas itu diharapkan dapat kita lakukan dengan sepenuh hati demi pelayanan kita kepada Tubuh Mistik Kristus, yaitu GerejaNya sendiri.
Partisipasi kita dalam pelaksanaan tugas Kristus sebagai imam dapat kita lakukan dalam semua karya, kehidupan berdoa, setiap usaha kerasulan kita, setiap usaha kita dalam membina hidup berkeluarga dan hubungan suami istri, setiap jerih payah kita sehari – hari, setiap waktu beristirahat bagi jiwa dan badan kita, serta dalam setiap usaha kita menanggung beban hidup kita dengan sabar, yang semuanya itu jika kita jalankan dalam Roh, layak kita persatukan dengan kurban Kristus Yesus dalam Perayaan Ekaristi (bdk KGK No. 901).
Selanjutnya, partisipasi kita dalam pelaksanaan tugas Kristus sebagai nabi dapat kita lakukan melalui karya penginjilan (dalam kesaksian hidup dan kata – kata), ikut serta dalam pelajaran katekese, terlibat dalam ilmu pengetahuan teologi, berperan serta dalam karya kerasulan media komunikasi (misalnya, melalui internet dan berbagai media massa lainnya), serta turut terlibat dalam setiap sumbang saran kita kepada para gembala Gereja dan umat beriman lainnya dengan tetap menjaga kesusilaan dan sikap hormat kita kepada mereka serta memperhatikan manfaat umum dan martabat pribadi orang (bdk KGK No. 905 s.d 907).
Sedangkan, partisipasi kita dalam pelaksanaan tugas Kristus sebagai raja diwujudkan dalam bentuk kerja sama menyehatkan lembaga – lembaga dan kondisi – kondisi masyarakat, terlibat dalam karya pelayanan Gereja (seperti terlibat dalam setiap kegiatan kelompok kategorial) dan terlibat dalam pelaksanaan kuasa Yurisdiksi GerejaNya (seperti terlibat dalam Komisi – komisi, dan kegiatan pastoral yang terdapat dalam struktur GerejaNya) menurut hokum yang berlaku dengan tetap menganut suara hati Kristiani (bdk KGK No. 909 s.d 912).
Demikianlah, dengan menyelami kembali semangat pelayanan kita sebagai anggota GerejaNya sesuai amanat Kristus dan teladan hidup Para RasulNya dalam mengamalkan Ajaran Kristus, diharapkan kita tidak terjebak dalam sikap sombong, saling menjatuhkan, dan merendahkan satu sama lain dalam tugas pelayanan kita kepada Tubuh MistikNya. Amin.

Kamis, 01 Oktober 2009

Refleksi Bencana dalam Hidup Berbangsa

In nomine Patris et Filii et Spiritu Sancti. Amen

Banyaknya bencana alam dan aneka kejadian memilukan dalam perjalanan hidup bangsa dan negara Indonesia tentunya sangat memprihatinkan kita semua. Sejarah juga mencatat, bahwa kejadian bencana alam yang dialami oleh negeri kita tercinta ini telah jauh - jauh hari mendera nenek moyang kita semua. Dapat dikatakan bahwa tidak ada satu pun pemerintahan negeri kita yang luput dari bencana alam semasa pemerintahan mereka berlangsung.

Maka, ketika kemudian ada sebuah diskusi mencuat ke permukaan yang membahas tentang kaitan antara pemerintahan yang berkuasa dengan datangnya bencana alam, tentu itu sungguh wacana yang menggelikan. Seolah - olah, terbentuknya suatu pemerintahan di suatu negeri turut memberi andil akan terciptanya sebuah bencana alam, mulai dari skala kecil hingga yang besar.

Walau demikian, tidak ada salahnya jika kita coba mengkaji kembali gagasan itu sebelum kemudian menjadi sebuah wacana debat kusir semata.

Kita mulai dari sejarah awal penciptaan Bumi dan seisinya oleh Tuhan YME. Dalam banyak agama dan kepercayaan yang dianut oleh umat manusia, ada satu benang merah yang dapat kita tarik bersama, yaitu bahwa Bumi tercipta melalui sebuah proses pembentukan dari Ketiadaan hingga menjadi Ada dan itu berlangsung terus selama proses pemeliharaan Bumi dan segenap isinya yang kemudian diambil alih oleh manusia. Proses pemeliharaan kehidupan di Bumi oleh segenap umat manusia itu kemudian berjalan seiring dengan tuntutan akan kebutuhan hidup manusia dari seantero dunia. Kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan telah membuka gagasan dalam diri manusia untuk memanfaatkan sebaik - baiknya segala kekayaan alam yang terkandung oleh Bumi dan seisinya.

Sayangnya, yang terjadi kemudian adalah eksplorasi dan eksploitasi besar - besaran yang dilakukan oleh manusia dengan mengatasnamakan kebutuhan duniawi yang semakin mendesak untuk dipenuhi oleh manusia. Pendek kata, umat manusia banyak yang melupakan tugas dan tanggung jawab sosial dalam memelihara keberlangsungan Bumi dan seluruh isi kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

Maka, tak heran jika di kemudian hari, di banyak negara (tak terkecuali di Indonesia), ada banyak bencana alam yang menimpa umat manusia. Semua itu menuntut kita semua untuk mereflesikan bencana alam itu dengan kebijakan yang mungkin pernah kita tempuh untuk memenuhi kebutuhan duniawi. Kekayaan hutan dengan semena - mena kita sikat sementara kita tidak peduli untuk menanam kembali setiap pohon yang kita tebang. Akibatnya, hujan sedikit saja mengakibatkan tanah longsor dan banjir bandang di mana - mana.

Pasir di laut terus kita keruk untuk mereklamasi tanah di pantai demi pembangunan pemukiman mewah di tepi pantai. Akibatnya, kondisi pasir di laut cenderung labil dan itu turut memacu pergeseran posisi lempeng di lautan lepas yang berujung pada terjadinya gempa bumi.

Tanah pegunungan yang diyakini mengandung bahan tambang kita eksploitasi besar - besaran tanpa memperhatikan Amdal yang memadai. Akibatnya, kondisi alam pegunungan yang menjadi sasaran tambang berubah dari subur menjadi gersang dan rawan longsor.

Itu semua masih akan berlangsung selama kehendak bebas dari kita semua untuk mengeksploitasi kekayaan alam itu tidak kita rem atau setidaknya kita kendalikan. Parahnya, itu semua kelak menimpa orang - orang yang justru tidak bersalah.

Ini mungkin hanya sebuah tulisan pinggir, tapi semoga dapat membantu kita dalam merefleksikan situasi bencana alam di negeri kita ini. Gimana?



Salam blogger,


Andi Sardono