Powered By Blogger

Kamis, 01 Oktober 2009

Refleksi Bencana dalam Hidup Berbangsa

In nomine Patris et Filii et Spiritu Sancti. Amen

Banyaknya bencana alam dan aneka kejadian memilukan dalam perjalanan hidup bangsa dan negara Indonesia tentunya sangat memprihatinkan kita semua. Sejarah juga mencatat, bahwa kejadian bencana alam yang dialami oleh negeri kita tercinta ini telah jauh - jauh hari mendera nenek moyang kita semua. Dapat dikatakan bahwa tidak ada satu pun pemerintahan negeri kita yang luput dari bencana alam semasa pemerintahan mereka berlangsung.

Maka, ketika kemudian ada sebuah diskusi mencuat ke permukaan yang membahas tentang kaitan antara pemerintahan yang berkuasa dengan datangnya bencana alam, tentu itu sungguh wacana yang menggelikan. Seolah - olah, terbentuknya suatu pemerintahan di suatu negeri turut memberi andil akan terciptanya sebuah bencana alam, mulai dari skala kecil hingga yang besar.

Walau demikian, tidak ada salahnya jika kita coba mengkaji kembali gagasan itu sebelum kemudian menjadi sebuah wacana debat kusir semata.

Kita mulai dari sejarah awal penciptaan Bumi dan seisinya oleh Tuhan YME. Dalam banyak agama dan kepercayaan yang dianut oleh umat manusia, ada satu benang merah yang dapat kita tarik bersama, yaitu bahwa Bumi tercipta melalui sebuah proses pembentukan dari Ketiadaan hingga menjadi Ada dan itu berlangsung terus selama proses pemeliharaan Bumi dan segenap isinya yang kemudian diambil alih oleh manusia. Proses pemeliharaan kehidupan di Bumi oleh segenap umat manusia itu kemudian berjalan seiring dengan tuntutan akan kebutuhan hidup manusia dari seantero dunia. Kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan telah membuka gagasan dalam diri manusia untuk memanfaatkan sebaik - baiknya segala kekayaan alam yang terkandung oleh Bumi dan seisinya.

Sayangnya, yang terjadi kemudian adalah eksplorasi dan eksploitasi besar - besaran yang dilakukan oleh manusia dengan mengatasnamakan kebutuhan duniawi yang semakin mendesak untuk dipenuhi oleh manusia. Pendek kata, umat manusia banyak yang melupakan tugas dan tanggung jawab sosial dalam memelihara keberlangsungan Bumi dan seluruh isi kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

Maka, tak heran jika di kemudian hari, di banyak negara (tak terkecuali di Indonesia), ada banyak bencana alam yang menimpa umat manusia. Semua itu menuntut kita semua untuk mereflesikan bencana alam itu dengan kebijakan yang mungkin pernah kita tempuh untuk memenuhi kebutuhan duniawi. Kekayaan hutan dengan semena - mena kita sikat sementara kita tidak peduli untuk menanam kembali setiap pohon yang kita tebang. Akibatnya, hujan sedikit saja mengakibatkan tanah longsor dan banjir bandang di mana - mana.

Pasir di laut terus kita keruk untuk mereklamasi tanah di pantai demi pembangunan pemukiman mewah di tepi pantai. Akibatnya, kondisi pasir di laut cenderung labil dan itu turut memacu pergeseran posisi lempeng di lautan lepas yang berujung pada terjadinya gempa bumi.

Tanah pegunungan yang diyakini mengandung bahan tambang kita eksploitasi besar - besaran tanpa memperhatikan Amdal yang memadai. Akibatnya, kondisi alam pegunungan yang menjadi sasaran tambang berubah dari subur menjadi gersang dan rawan longsor.

Itu semua masih akan berlangsung selama kehendak bebas dari kita semua untuk mengeksploitasi kekayaan alam itu tidak kita rem atau setidaknya kita kendalikan. Parahnya, itu semua kelak menimpa orang - orang yang justru tidak bersalah.

Ini mungkin hanya sebuah tulisan pinggir, tapi semoga dapat membantu kita dalam merefleksikan situasi bencana alam di negeri kita ini. Gimana?



Salam blogger,


Andi Sardono

Tidak ada komentar: