Powered By Blogger

Senin, 22 September 2008

Aksi teror di Hotel JW Marriot, Pakistan

Oleh : Andi Sardono
Terkejut dan gemas. Itu yang saya rasakan ketika pada pagi hari ini (Senin, tanggal 22 September 2008) membaca judul berita utama Harian Kompas edisi Minggu tanggal 21 September 2008 kemarin yang berisi tentang peledakan bom di Hotel JW Marriot, Islamabad, Pakistan.

Tak tanggung - tanggung, peristiwa peledakan bom yang menggunakan truk itu menelan korban tewas sekitar 60 orang dan melukai sekitar 200 orang. Belakangan, diketahui bahwa di antara korban tewas ada seorang diplomat asing yang bertugas di negara itu, yaitu Dubes Cekoslowakia untuk Pakistan.

Ingatan saya langsung tertuju kembali pada peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot di kawasan Kuningan, Jakarta, beberapa tahun lalu. Mungkinkah pelaku peledakan bom di Pakistan itu juga berasal dari kelompok yang sama, yaitu kelompok teroris Jemaah Islamiyah (JI) atau kelompok yang berhubungan dengan JI?

Terlalu dini mungkin kalau kita langsung menunjuk hidung kelompok mana yang paling bertanggung jawab atas peledakan bom di Islamabad itu, tetapi yang sudah - sudah, biasanya dari hasil pengembangan penyelidikan aparat kepolisian di mana pun berada (entah itu aparat polisi di Indonesia yang menyelidiki serangkaian peristiwa bom di Indonesia atau aparat polisi di negara - negara lain yang diguncang peristiwa bom seperti itu), langsung dapat diketahui identitas kelompok mana yang dimaksud.

Yang sering menjadi masalah, ketika nanti diumumkan oleh aparat polisi setempat tentang identitas kelompok dimaksud, pasti akan ada reaksi (baik yang pro maupun yang kontra terhadap peledakan bom itu) untuk menyikapi pengumuman itu.

Yang pro teroris akan mengatakan bahwa dugaan polisi itu terlalu dini dan lalu mencoba mengalihkan perhatian khalayak umum akan derita dan amarah dari keluarga korban peledakan bom dengan mencoba berlagak sok tahu dan sok ilmiah (padahal, mereka pun hanya menduga - duga saja tanpa ada bukti yang dapat mereka jelaskan kepada khalayak umum) memaparkan analisisnya tentang teori konspirasi internasional (yang dimaksud oleh kelompok pro teroris adalah negara - negara Barat dengan pimpinan Amerika Serikat). Biasalah, ibarat film, judul filmnya lama tapi diputar - putar terus sampai bosan orang melihatnya.

Justru, apa yang dimaksud dengan dugaan polisi sebetulnya malah sudah didasarkan pada keterangan dan fakta yang terungkap di lapangan, berikut pengakuan secara jujur dari para tersangka teroris yang belakangan tertangkap oleh polisi.

Yang kontra teroris akan mengatakan dan mendesak aparat polisi dan pemerintah setempat untuk bekerja lebih giat dan lebih keras lagi mengungkap siapa - siapa yang berada dalam jaringan teroris itu seraya menyatakan bersimpati atas penderitaan yang dialami oleh korban maupun keluarga korban.

Terlepas dari kedua sikap di atas, memang sudah seharusnya kita membantu menciptakan lingkungan yang bebas dari teror. Di antaranya, selalu bersikap peduli dan waspada akan keberadaan orang yang tak dikenal atau tak diketahui identitasnya dengan jelas di sekitar rumah atau lingkungan tempat tinggal kita.

Mudah - mudahan tidak ada lagi aksi teror serupa di belahan dunia lain.... Semoga.

Tidak ada komentar: